P.Siantar, Aloling Simalungun
Harapan warga memiliki Stadion Sangnaualuh di Kelurahan Suka Dame, Kecamatan Siantar Utara yang megah, pupus sudah. Pasalnya, meski pembangunannya sudah menelan dana Rp 29 miliar, kondisinya saat ini hancur-hancuran tak berbentuk.
Disebut hancur-hancuran, besi stadion lenyap dicuri orang tak bertanggngjawab. Bukan hanya tempat duduk terbuat dari besi baja, puluhan tiang penyangga atap tribun dan bagian atap terbuat dari alumunium juga lenyap.
Demikian juga tempat duduk yang juga terbuat dari besi padu juga lenyap seperti tak berbekas. Dinding ruangan di bagian bawah tribun yang akan digunakan untuk tempat tim, juga hancur berkeping-keping seperti terkena bencana.
Parahnya lagi, sejumlah besi-besi padat banyak bergelantungan menunggu jatuh. Sehingga, membuat kondisi tribun yang tinggal rangka itu bakal roboh. Bahklan, kalau roboh dan berdekatan dengan badan jalan, bukan tidak mungkin akan memakan korban.
Pantauan di lokasi, lapangan rumput yang ditanam akhir tahun 2021 lalu sudah setinggi pinggang orang dewasa. Kemudian, drainase yang juga dibangun tahun 2021 untuk menyerap genangan air dari lapangan, tersumbat. Yang ada hanya tinggal gawang.
Karena kondisi tersebut, stadion yang mulai di bangun tahun 2017 sampai tahun 2021 itu sama sekali tidak berbentuk. Sehingga, anggaran yang sudah mencapai Rp 29 miliar dari APBD Siantar, akhirnya terbuang percuma.
Kalau dicermati dari bagian luar atau dari Jalan Stadion, kondisi bangunan tribun tersebut memang seperti biasa saja. Tapi, kalau dicermati dari bagian dalam, ibarat rumah hantu yang menyeramkan. Sementara, sejumlah warga mengatakan bahwa kondisi tribun itu sudah sekitar tiga tahun terakhir hancur.
“Kalau soal besi-besi baja di bagian tribun itu sudah beberapa tahun terakhir hilang dan sering diberitakan surat kabar. Situasi itu terus berlangsung. Bahkan, tiang terbuat dari besi bajanya diperkirakan dipotong pakai alat-alat tertentu,” ujar seorang warga bermarga Sinaga yang tinggal di Kelurahan Pardomuan, tak jauh dari stadion Sang Naualuh, Senin (27/6/2022).
Dijelaskan, pelaku aksi pencurian diperkirakan berkelompok dan berlangsung pada malam hari. “Kalau siang hari tentu banyak yang melihat dan ketahuan,” ujar Sinaga sembari mengatakan bahwa peluang melakukan pencurian sangat terbuka karena menurutnya tidak dilakukan penjagaan dengan serius.
Untuk mengetahui mengapa kondisi stadion yang pernah menjadi kebanggan warga Kota Siantar itu sangat sulit sekali. Plt Kadis PUPR Kota Siantar, Dedi Setiawan yang dikonfirmasi melalui telepon seluler mengatakan tidak begitu mengetahui bagaimana proses pembangunan stadion itu karena baru beberapa sekitar tiga bulan menjabat Plt kadis PUPR. “Coba tanyakan kepada staf kita, saya sedang mengikuti rapat,” ujarnya singkat.
Terpisah, Plh Kabid Infrastruktur pada Dinas PUPR Kota Siantar, Aldi Simanjuntak tidak mengetahui banyak tentang informasi soal stadion dimaksud. Hanya saja, soal aksi pencurian material dikatakan sudah berlangsung tahun lalu. Bahkan, saat Kadis PUPR dijabat Reinward Simanjuntak, aksi pencurian itu sudah pernah dilaporkan ke polisi.
Terpisah, Kapolres Siantar AKBP Fernando yang dikonfirmasi wartawan soal aksi pencurian itu mengatakan, pelakunya ada ditangkap bulan Mei 2022 lalu. Namun tidak merinci berapa orang pelaku dan apa barang bukti serta bagaimana proses kelanjutannya.
“Pelaku sdh kita tangkap bulan mei lalu,” sebut Fernando singkat melalui pesan Whatsapp (WA).
Sebelumnya, DPRD Siantar melalui beberapa fraksi pernah gencar menyoroti keberadaan pembangunan stadion Sang Naualuh tersebut. Astronout Nainggolan dari Fraksi PDI Perjuangan mengatakan bahwa pembangunan stadion tersebut salah perencanaan.
Seharusnya, yang dibangun lebih dulu adalah lapangan rumput agar bisa digunakan untuk sepakbola meski masih pertandingan kecil-kecilan atau hanya untuk altihan saja. Bukan lebih dulu memabngun tribun yang biayanya sampai puluhan miliar tetapi tak kunjung selesai dan akhirnya banyak material dicuri.
Kemudian, melalui beberapa kali Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan PUPR sebagai pelaksana pembangunan mengatakan, harusnya dibangun pagar pengaman dan ada yang menjaga. Sehingga maling tidak merajalela.
“Ya, saya pernah gencar menyoroti pembangunan stadion itu. Memang pintu masuknya ditembok juga supaya orang tidak bisa keluar masuk. Tapi, karena tidak ada penjagaan, aksi pencurian tetap berlangsung,” ujar anggota DPRD Siantar dari Komisi III itu. (In)
Discussion about this post