P. Siantar, Aloling Simalungun
Setelah dr Susanti Dewayani dilantik menjadi Plt Wali Kota Siantar 23 Februari 2022, muncul pertanyaan bagaimana Siantar ke depan. Sedangkan masa jabatannya tak sampai dua tahun lagi karena Siantar akan mengikuti Pilkada serentak 2024.
Namun, di masa rentang waktu itu, apalagi jabatan dr Susanti masih berstatus Pelaksana tugas (Plt), ternyata banyak yang perlu dicermati. Mulai dari mewujudkan visi dan misi Siantar Sehat, Sejahtera dan Berkualitas, infrastruktur sampai soal isu mutasi dan lainnya.
Materi tersebut menjadi bagian pembahasan hangat pada diskusi Anak Siantar yang pernah mendalami dunia jurnalis. Seperti Jalatua Hasugian yang telah berprofesi sebagai dosen, Alvin Nasution dan Andi Siahaan sebagai pelaku industri kreatif sekaligus pengamat lokal.
Diskusi dengan moderator Imran Nasution itu, cukup kritis, optimis namun terkadang pesimis. Berlangsung di Kedai Kopi Sawah, Kelurahan Pamatang Marihat, Kecamatan Siantar Marihat Kota Siantar, Minggu (19/6/2022).
“Untuk mewujudkan visi dan misi, dimulai dari pembangunan mental para ASN. Sehingga, pembangunan mental dan pembangunan fisik dapat sejalan,” ujar Jalatua yang juga pernah bertugas di Dinas Pendidikan Kota Siantar itu.
Sektor kesehatan sebagai salah satu visi dan misi Wali Kota, tentu dapat dilakukan agar Siantar sebagai kota jasa, lebih baik. Karena dr Susanti berlatarbelakang dokter, bahkan pernah menjadi Dirut RSUD Dr Djasamen Saragih.
Kemudian, menjadikan Siantar sebagai kota tujuan bukan persinggahan seperti take line “Destinasi Yes, Transit No” melalui sektor pariwisata, dilakukan dengan memberdayakan potensi yang ada. Khususnya terkait sejarah dan budaya. Apalagi Siantar sudah memiliki Peraturan Daerah (Perda) tentang cagar budaya.
“Sekarang tinggal pengadaan tim ahli yang memiliki sertifikasi untuk menginventarisir asset-asset sejarah dan budaya yang ada di Siantar,” ujar dosen USI yang telah membuat buku tentang cagar budaya bersama dosen senior Hisarma Saragih.
Hal lain yang berkaitan dengan pembangunan mental untuk mewujudkan visi dan misi Wali Kota, tentu berkaitan dengan mutasi yang informasinya sudah menyebar. Namun, pejabat yang diangkat sejatinya sesuai disiplin ilmu dan latar belakang serta pengalaman.
“Soal faktor loyalitas juga menjadi salah satu prasyarat. Karena, bagaimana seorang pejabat yang tidak loyal, dapat berjalan seiring dengan Wali Kota untuk mewujudkan Siantar lebih baik,” ujar Jalatua Hasugian.
Soal visi dan misi yang sudah disampaikan ke KPU saat mendaftar sebagai calon Wakil Wali Kota mendampingi Asner Silalhi sebagai calon Wali Kota yang meninggal sebelum dilantik, menurut Andi Siahaan harus punya skala prioritas.
“Mana paling penting sebagai kebutuhan, itu harus didahulukan,” ujar Andi yang menjadi pelaku ekonomi kreatif itu. Kemudian, pembangunan ekonomi kreatif dapat memberdayakan potensi Anak Siantar untuk berekspresi. Sehingga, “Destinasi Yes” tidak hanya sekedar takeline. Apalagi jalan tol dari Tebing Tinggi ke Parapat sedang dalam pekerjaan.
SATLIT CITY
Siantar memiliki banyak potensi wisata yang harus diberdayakan. Dan soal pengembangan kota menurut Andi ada lahan eks HGU PTPN III di Tanjung Pinggir seluas 573 Hektar menjadi zona ekonomi baru, pemukiman dan lainnya untuk kepentingan umum.
“Siantar semakin sumpek. Salah satu yang prioritas dilakukan, pembebasan lahan 573 hektar menjadi City Satlit atau kota baru. Kemudian, meneruskan pembangunan ring road yang lama terhenti padahal itu juga kebutuhan,” ujar Andi Siahaan yang juga mengkritisi kinerja PD PHJ yang mengelola Pasar Horas dan Pasar Dwikora karena kumuh dan merugi.
Sementara, Alvin Nasution yang pernah bergabung dalam komunitas BSA bersama H Erizal Ginting sebagai Presiden BOMS mengatakan, BSA yang jumlahnya semakin berkurang dapat diberdayakan sebagai perekat pengembangan sektor pariwisata.
“Saya bersama Bang Rizal Presiden BOMS pernah demo ke DPRD Siantar karena BSA sebagai transportasi rakyat akan diganti dengan sepeda motor made ini Jepang dengan menyuarakan Tiga Tuntutan Rakyat atau Tritura,” ujar Alvin.
Dijelaskan, Tritura bertujuan memberdayakan para abang becak agar pendapatannya tidak hanya mengharap penumpang umum. Tetapi, menjadikan BSA sebagai transportasi wisata untuk mengantar turis ke lokasi-lokasi wisata di Kota Siantar.
“Kalau melihat kondisi BSA yang berkeliaran mencari penumpang di Kota Siantar, sepertinya sudah sulit diharap karena persaingan dengan gojek dan lainnya membuat BSA tertinggal di belakang. Jadi, saatnya memanfaatkan BSA melalui pengembangan sektor pariwisata,” ujarnya.
Di penghujung diskusi yang berlangsung serius tetapi santai sembari menikmati kopi rendang pakai gula aren dan teh jahe serta kuliner khas yang cita rasanya begitu akrab di ujung lidah, masing-masing nara sumber menyuarakan closing statemen.
Antara lain, penempatan pejabat tidak untuk membayar hutang politik Pilkada kecuali benar-benar berkualitas. Pejabat dari luar daerah bukan “haram” kalau mampu memajukan Siantar. Anggarkan dana pembebasan lahan HGU 573 hektar. “Jemput bola” SK Wali Kota defentif ke Kemendagri. Segerakan tim ahli bersertifikat untuk realisasi Perda Cagar Budaya.
Jangan jadikan BSA sekedar koleksi kecuali untuk pendukung sektor pariwisata. Maksimalkan kinerja Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Siantar dengan ketua H Erizal Kesuma Ginting yang bertemu Presiden Jokowi beberapa minggu lalu.
“Berbagai saran, pandangan dan kritik terkait pengembangan kota Siantar sesuai visi dan misi Wali Kota, jangan hanya diatas kertas saja karena itu merupakan hutang politk yang harus direalisasikan,” ujar moderator Imran Nasution.
Kemudian, materi perbincangan melalui diskusi yang diwarnai dengan berbagai sentilan itu, akan tayang melalui youtube atau podcast “Kaca Mata Bung Imran”. Sehingga, diharap menjadi masukan kepada berbagai pihak. Khususnya Pemko demi Siantar agar lebih baik. (in)
Discussion about this post