P.Siantar, Aloling Simalungun
Puluhan warga Forum Tani Sejahtera (Futasi) yang membawa anak dan bayi, bergelimpangan tidur sampai pagi di Jalan Merdeka, depan kantor Wali Kota Siantar. Bahkan, turut membawa kompor dan peralatan dapur untuk memasak, Rabu (19/10).
Aksi dilakukan karena Futasi mengaku kecewa dengan ketidakperdulian Wali Kota Siantar, dr Susanti Dewayani yang membiarkan PTPN 3 mengambil alih (okupasi) lahan garapan yang sudah dikuasi Futasi selama 18 tahun di Kelurahan Bah Sorma dan Gurilla, Kecamatan Siantar Sitalasari, Kota Siantar.
Aksi tidur beralaskan tikar dan karpet sembari menyelimuti bayi dan anak-anak di depan pintu gerbang jalan masuk, sampai memakan separuh badan jalan. Sehingga, arus lalulintas sempat terganggu. Untuk itu, aparat kepolisian dari Polres Siantar turun mengatur kenderaaan agar jalanan tidak macet.
“Kami tidak tau lagi mengadu kemana karena Wali Kota tidak perduli. Padahal, waktu Wali Kota Marim Purba dan Kurnia Saragih, jelas mengatakan tidak boleh ada perkebunan sawit di Kota Siantar. Bahkan, pernyataan itu ada suratnya. Jadi, kami mau jumpa Wali Kota,” ujar Ketua Futasi, Jonar Sihombing di sela-sela aksi.
Sementara, warga Futasi secara bergatian melakukan orasi yang menggunakan sepeaker portable berkali-kali menyebut nama Wali Kota agar datang menerima mereka. Namun, karena Wali Kota tidak ada, apalagi pintu gebang ditutup dan dijaga beberapa Satpam, orasi warga Futasi tidak mendapar tanggapan.
Selanjutnya salah seorang warga Futasi, Tiomerli br Sitinjak mengatakan, aksi yang mereka lakukan merupakan aksi damai. “Kami sedang menangis karena tanaman kami dirusak dan dihancurkan dan kami tak mengerti mengadu kepada siapa. Kami datang supaya pejabat di Siantar mengetahui ada penderitaan yang dialami masyarakatnya,” ujarnya.
Sedangkan Wali Kota tetap diminta agar datang menerima warga dan menghentian okupasi yang dilakukan pihak PTPN 3 dengan merusak tanaman. “Kami orang miskin. Kami ingin Wali Kota memperhatkan. Pak Jokowi Presiden kami! Dengarkan kami, kami dirampas oleh mavia tanah,” teriak ibu tersebut lagi.
Aksi warga Futasi yang mendapat pengawalan dari personel kepolisian berseragam dan berpakai sipil, Terus berlanjut meski sejumlah kaum ibu sudah bergelimpangan karena tak kuasa menahan kantuk, Kamis (20/10).
Kemudian, untuk melawan kantuk itu, ada bernyanyi. Bahkan, saat lagu “Butet” yang lirik lagunya “di pengungsian” disenandungkan, sejumlah kaum ibu yang berbaring, bangkit dan turut bernyanyi sambil menggendong bayi. Namun, ketika malam semakin larut, bayi-bayi itu akhirnya di bawa pulang ke kelurahan Bah Sorma dan Gurilla.
Saat pagi telah menjelang, kaum ibu memasak air panas dan merebus ubi untuk serapan. Selanjutnya, aksi berpindah ke trotoar depan pintu gerbang keluar kantor Wali Kota. Jaraknya hanya berjarak beberapa meter dari videotron yang kerap menanyangkan gambar Wali Kota.
Ketika melihat gambar Wali Kota dr Susanti Dewayani, sejumlah kaum ibu memanggil-mangil namanya. Kemudian, warga kembali melakukan orasi. Namun, sampai jam 08.30 Wib, warga akhirnya bergerak meninggalkan lokasi.
Sambil membawa tikar dan peralatan masak, pengunjuk rasa akhirnya meniggalkan lokasi dengan menggunakan sepeda motor dan mobil pikup. Mereka berjanji akan melakukan aksi serupa setiap malam.
“Kami akan datang lagi dengan jumlah orang yang lebih banyak,” ujar seorang lelaki yang kemudian bergerak menggunakan sepeda motor sambil membonceng perempuan yang diperkirakan istrinya. (In)
Discussion about this post