Jakarta, Aloling Simalungun
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia di kuartal II 2020 mengalami kontraksi alias tumbuh negatif 5,32% secara year on year. Dibanding kuartal I 2020, pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2020 minus 4,19%.
Pada kuartal I-2020, ekonomi Indonesia masih berhasil tumbuh positif 2,97%. Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang semester I 2020 terkontraksi 1,26% dibanding periode sama 2019.
“Ini karena dampak Covid-19 yang begitu dahsyatnya, sehingga ekonomi Indonesia terkontraksi pada kuartal II 2020,” kata Kepala BPS Suhariyanto, Rabu (5/8).
Kontraksi ekonomi Indonesia sebesar 5,32% pada kuartal II 2020 merupakan penurunan produk domestik bruto (PDB) terbesar sejak kuartal I 1999 silam.
Meski demikian, masih ada tiga sektor yang tetap tumbuh di tengah kondisi ekonomi RI yang minus, yakni, sektor pertanian, informasi dan komunikasi, serta pengadaan air. Sektor pertanian mencatatkan pertumbuhan tertinggi.
Berikut perinciannya:
1. Pertanian
Di tengah kontraksi, sektor pertanian masih mengalami pertumbuhan sebesar 2,19% pada kuartal II 2020 year on year. Sementara dibandingkan dengan kuartal I 2020, sektor ini mampu tumbuh melesat 16,24% di kuartal II 2020.
Salah satu pendorong pertumbuhan sektor pertanian adalah tanaman pangan yang tumbuh berkat pergeseran musim tanam, yang mengakibatkan puncak panen padi terjadi pada triwulan II 2020.
Selain itu, tanaman holtikultura juga naik tipis. Salah satunya karena kenaikan produksi buah-buahan, sayuran, produk obat-obatan, dan aromatik.
Kehutanan dan penebangan kayu juga tumbuh. Pendorongnya adalah peningkatan kinerja sektor hulu kehutanan untuk produksi kayu bulat hutan tanaman industri.
Sedang penopang tanaman perkebunan adalah peningkatan produksi kelapa sawit, kopi, dan tebu di beberapa sentra produksi, serta ada peningkatan permintaan dari luar negeri untuk komoditas olahan minyak kelapa sawit (CPO).
Sementara peternakan mengalami kontraksi akibat penurunan permintaan unggas
2. Sektor informasi dan komunikasi
Sektor informasi dan komunikasi merupakan salah satu sektor yang mampu tumbuh di tengah kontraksi ekonomi Indonesia. Pada kuartal II 2020, sektor ini tumbuh sebesar 3,44% dibanding triwulan sebelumnya.
3. Sektor pengadaan air
Pada kuartal II 2020, sektor pengadaan air tumbuh sebesar 1,28% ketimbang periode sebelumnya.
Konsumsi rumahtangga tumbuh negatif
Data BPS menunjukkan, konsumsi rumahtangga tumbuh negatif 5,51% pada kuartal II 2020. Padal, konsumsi rumahtangga merupakan motor penggerak utama perekonomian Indonesia.
Menurut Suhariyanto, yang menyebabkan konsumsi rumahtangga terkontraksi adalah penjualan eceran yang mengalami kontraksi pada seluruh kelompok penjualan.
Misalnya, makanan, minuman, dan tembakau. Lalu, sandang, perlengkapan rumah tangga lainnya, bahan bakar kendaraan, barang budaya dan rekreasi, dan barang lainnya.
Bila menilik komponen konsumsi rumahtangga, kontraksi terlihat dari komponen makanan dan minuman, selain restoran. Komponen ini tumbuh negatif 0,71% setelah pada kuartal I 2020 tumbuh positif 5,01% dan kuartal II 2019 tumbuh 5,20%.
Demikian juga dengan komponen pakaian, alas kaki, dan jasa perawatannya juga tumbuh negatif 5,13% melanjutkan tren penurunan pada kuartal I 2020 yang minus 3,31%. Padahal, pada kuartal II 2019, komponen ini tumbuh positif hingga 4,88% yoy.
Komponen transportasi dan komunikasi pun tumbuh negatif 15,33%. Ini juga melanjutkan tren penurunan negatif pada kuartal I 2019 sebesar 1,69%.
Sementara komponen restoran dan hotel tumbuh negatif 16,53%. Ini jauh merosot dari kuartal I 2020 yang tumbuh positif 2,43%, meski lebih rendah dari kuartal II 2019 yang berhasil tumbuh 6,24%. (kontan.co.id)
Discussion about this post