Saya kelahiran Simalungun, Alumni IPB University datang dari Bogor ke kampung kelahiran untuk melakukan pemberdayaan berupa memberikan pelatihan, penyuluhan dan pendampingan kepada petani padi di Desa Bahal Gajah, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun sejak bulan Januari sampai panen padi di bulan Juni 2020.

Saat saya melakukan pelatihan kepada para petani padi juga dihadiri oleh Kepala Desa, PPL termasuk Mas Legiman sebagai Ketua Kelompok petani setempat. Saya memberikan pelatihan cara menyuburkan tanah dan cara pembuatan Pupuk Hayati dari bahan-bahan yang ada di sekitar petani seperti bonggol pisang, air bekas cucian beras dan gula merah, dengan tehnik tertentu difermentasi selama 15 hari. Setelah Pupuk Hayati sudah selesai dibuat, aplikasinya adalah sebelum tanam dan setelah tanaman tumbuh.
Jika populasi mikroba di dalam tanah tidak seimbang maka hama dan penyakit tanaman akan mudah menyerang tanaman, faktor inilah yang kurang diperhatikan petani padi sehingga saat ada hama dan penyakit menyerang tanaman, petani langsung membeli Pestisida, menyemprotkannya ke tanaman bahkan saat tanaman tidak terkena hama dan penyakitpun, petani tetap menyemprotkan Pestisida. Cara bertani saat ini sudah sedemikian tergantungnya terhadap Pestisida. Sebenarnya Pestisida tetap dibutuhkan petani tapi bukan yang pertama tapi sebagai cara terakhir. Faktor kesuburan tanahlah yang harus dilakukan pertama sekali termasuk di dalamnya petani harus memperhatikan bahwa ada kehidupan mikroba di dalam tanah.

Cara mengendalikan hama dan penyakit tanaman secara ekologis adalah dengan menyuburkan tanah, memberikan bahan organik dan Pupuk Hayati, jika sudah terjadi keseimbangan ekosistem mikroba di dalam tanah maka pengendalian hama dan penyakit tanaman bisa berlangsung secara ekologis dan berkesinambungan
Saya bukan hanya memberikan pelatihan dan penyuluhan, tapi saya juga ikut mendampingi petani pada saat memberikan Pupuk Hayati ke sawah sebelum tanam, termasuk saya juga hadir mendampingi saat penanaman dan budidayanya sampai panen.
Mas Legiman sebagai Ketua Kelompok Tani mengucapkan terimakasih kepada Tonny Saritua Purba yang telah datang dari Bogor ke Desa Bahal Gajah, Kecamatan Sidamanik, Simalungun yang telah membimbing petani di sini sehingga bisa panen. Menurut Mas Legiman dengan pemakaian Pupuk Hayati mampu menurunkan pemakaian Pupuk Kimia sebesar 50%, bahkan pemakaian Pestisida tidak ada sama sekali, yang membahagiakan buat petani adalah kenaikan hasil panen meningkat sebesar 30%
Saya sebagai salah satu Penyuluh Swadaya Petani Padi Indonesia berharap agar apa yang sudah saya ajarkan kepada para petani padi di Desa Bahal Gajah bisa diterapkan petani padi lainnya yang ada di Kabupaten Simalungun, tentu sangat banyak hal positifnya terutama untuk kesuburan tanah, SDM petani bisa meningkat, biaya bertani semakin murah, hasil panen meningkat, beras jika dikonsumsi jauh lebih sehat dan yang utama adalah petani bisa lebih sejahtera lagi.

Masalah SDM petani adalah tanggung jawab kita bersama, bukan hanya Pemerintah saja tapi kita semua. Saya melakukan pemberdayaan ke Simalungun karena saya lahir di Simalungun, walaupun hanya 6 tahun di Simalungun tapi keinginan untuk membangun SDM dan keterampilan petani padi perlu saya lakukan, sesuai dengan poin ketiga dari Tridarma Perguruan Tinggi yaitu ilmu yang sudah saya dapatkan sast kuliah sebisaya bisa saya amalkan kepada petani padi kususnya petani padi yang ada di Kabupaten Simalungun tanah kelahiran saya.
Dalam waktu dekat ini, saya juga melakukan penanaman Padi Gogo lahan kering bersama masyarakat di Silimakuta dan juga di USI Simalungun, semoga bisa sukses sampai panen.(Penulis adalah Penyuluh Swadaya Petani Padi Indonesia)
Discussion about this post