
Peternakan merupakan suatu kegiatan dalam meningkatkan kekayaan alam biotik berupa ternak untuk memenuhi kebutuhan manusia terutama protein hewani.
Konsekuensi yang ditimbulkan dengan meningkatnya usaha peternakan, yaitu limbah yang dihasilkan juga ikut meningkat dengan pesat.
Kotoran sapi dan kerbau di Indonesia diperkirakan mencapai 345,5 ton/hari. Asumsinya setiap ekor sapi atau kerbau di Indonesia mengeluarkan 20 kg kotoran per-hari.
Berdasarkan Parameter Hasil Survei Pertanian Antar Sensus (SUTAS) BPS 2018 data jumlah ternak sapi dan kerbau 18.821, karena meningkatnya jumlah sapi dan kerbau pada setiap tahunnya, maka limbah produksi juga meningkat dan peternakan perlu mencari suatu model pengelolaan yang berkelanjutan dan dapat dengan mudah dilakukan oleh pihak-pihak yang membutuhkan yaitu dengan melalui biokonversi.
Untukmemecahkan masalah limbah tersebut dapat dilakukan dengan cara mengkonversi limbah peternakan menjadi produk pupuk kandang sapi sehingga nilai ekonominya dapat ditingkatkan.
Sebagian besar lahan pertanian di Indonesia mengalami degradasi lahan dan penuruan produktivitasnya. Hal ini terkait dengan rendahnya kandungan karbon organik didalam tanah yaitu 2 %, padahal untuk meningkatkan produksi pertanian yang optimal perlu dibutuhkan karbon organik sekitar 2,5 %. Pupuk kandang sapi sangat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dapat mencegah degradasi lahan dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan.

Selain itu pupuk kandang sapi memiliki peranan cukup penting untuk perbaikan sifat fisik tanah, kimia tanah dan biologi yang ada didalam tanah.
Bahan organik yang terpadat pada pupuk kandang sapi juga berperan penting untuk menyediakan sumber energi dan makanan mikroba tanah, sehingga dapat meningkatkanaktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara tanaman.
Pupuk kandang sapi yang telah siap diaplikasikan memiliki ciri-ciri bersuhu dingin, remah, wujud aslinya tidak tampak, dan bauunya telah berkurang.
Jikabelum memilki ciri-ciri tersebut, pupuk kandang sapi belum siap diaplikaskan. Penggunaan pupuk kandang sapi yang belum matang akan menghambat pertumbuhan tanaman, bahkan bisa mematikan tanaman.
Penggunaan pupuk kandang sapi yang baik adalah dengan cara dibenamkan atau diletakan disekeliling tanaman. Namun penggunaan pupuk oragnik saja tidak dapat ketahanan pangan, oleh karena itu sistem pengolahan terpadu yang memadukan pemberian pupuk organik dan anorganik perlu digalakan.
Sistem pertanian yang di sebut LEISA ( Low External Input and Sustainable Agriculture ) menggunakan pupuk organik dan anorganik yang berlandaskan konsep Good Agriculture Practies perlu dilakukan agar degradasi lahan dapat dikurangi dalam rangka memelihara kelestarian lingkungan. (penulis merupakan salah satu mahasiwa KKN Penulisan Karya Pengabdian (KKN-PKP) Universitas Malikussaleh P 130 dibawah dpl ibu Nazimah, S.P.,M.Si)
Discussion about this post