UNTUK kesekian kalinya kotak amal masjid lenyap dibawa pencuri, hal ini membuat jemaah masjid semakin geram. Berbagai rencana disiapkan untuk menangkap atau paling tidak dapat mengetahui sosok pencuri yang selama ini meresahkan pengurus dan jemaah masjid itu.
Hasil keputusan pengurus masjid yaitu memasang CCTV (Closed Circuit Television) arti bebasnya kamera pengaman, meski lebih cocok disebut kamera pengintip.
Lebih buruk lagi istilahnya kamera mencari- cari kesalahan orang lain di masjid.
Ya di masjid, meski kita dilarang mencari- cari kesalahan orang lain, apalagi di masjid. Memangnya mau makan bangkai busuk saudara kita di masjid lagi.
Firman Allah SWT :
“Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. (QS: Al Hujurat : 12).
Akhirnya CCTV benar-benar dipasang dibeberapa sudut ruang masjid yang dianggap strategis untuk merekam jejak maling kotak amal.
Anehnya dasar maling kurang pengalaman dan kurang ilmu, justeru ketika hendak mengangkat kotak amal, beliau menatap depan kamera CCTV dengan tenang sambil tersenyum, kontan saja keesokan harinya ia ditangkap Jemaah, karena memang ia merupakan seseorang yang tinggal tidak terlalu jauh dari masjid.
Beberapa orang sempat memberikan bogem mentah kepadanya, meskipun Pak Imam telah melarangnya.
Akhirnya si pencuri diserahkan kepada Lurah untuk di laporkan kepada pihak berwajib, meski ia telah bermohon agar dilepaska dan sudah meminta maaf berkali- kali.
Setelah beberapa saat diteliti, ternyata sang pencuri adalah anak yatim, yang selama ini tidak pernah mereka perhatikan, yang hidup serba kekurangan, dengan 2 orang adiknya yang masih kecil dan ibunya yang dalam kondisi kurang sehat.
Lalu apa gunanya timbunan uang kas masjid jika tidak dimaksudkan untuk menyantuni jamaah atau mereka yang membutuhkan. Hanya dengan dada berbusung bangga pengurus masjid mengumumkan memakai pengeras suara, bahwa kas masjid mendekati milyaran rupiah.
Namun tidak sedikitpun mampu mengangkat derajat ekonomi warganya, terutama anak yatim yang berada di samping masjid tersebut.
Sungguh pendusta- pendusta agama tidak akan memperoleh keberuntungan di hadapan Allah SWT.
Firman Allah : Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?(1) Itulah orang yang menghardik anak yatim, (2) dan tidak mengajak memberi makan orang miskin.(3)( QS; Al Ma’un 1-3).
Sudah seharusnya, minimal kita sebagai pengurus masjid dan jamaah tahu dan terinventarisir, berapa anak yatim, orang jompo (dhu’afah), orang cacat, orang sakit, dst.
Dan sudah seharusnya, masjid dan pengurus masjid dapat menjadi dan mencari solusi problema jamaahnya, jika pengurus hanya mampu memasang CCTV yang justeru digunakan dengan bangga untuk mencari kesalahan jamaah tanpa mampu mengatasi kelemahan mereka, sebaiknya “balik kanan grak”
Perlu pula kita sadari, bahwa kita bukan satpamnya Allah SWT untuk terus menerus mengawasi dan mencari kelemahan dan kesalahan orang lain, namun tugas kita adalah penghambaan diri kepadaNya, baik secara personal pribadi maupun secara sosial berjamaah.(***)
(Asmen, S.Pd.,MM : Pengawas SMK Kemdikbud Sumatera Utara dan Pimpinan Ranting Muhammadiyah Dolok Maraja, Tapian Dolok, Simalungun)
Discussion about this post