KEMATIAN merupakan suatu yang pasti, namun waktu dan tempatnya masih menjadi misteri, lalu mengapa judul di atas justeru seolah kematian dapat dimanajemeni. Bahwa yang dimanajemeni bukan waktu dan tempatnya, tapi kondisi spiritual manusia yang akan menghadapinya.
Karena kematian sudah pasti terjadi, maka kesiapan secara pari purna selama 24 jam perhari untuk menyambutnya merupakan langkah tepat bagi setiap pribadi muslim yang mumpuni.
Firman Allah “ Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS: Al Jumu’ah :8)
Yang dimenej adalah kondisi diri kita ketika kedatangan Malaikat maut tersebut, itu yang penting.
Semua kita bercita- cita memperoleh khusnulkhatimah (akhir hidup yang baik). Ingin datangnya kematian itu ketika kita sedang sujud dalam shalat, sedang membaca Al Qur’an, sedang berbuat baik atau sedang berzikir kepada Allah SWT, meski bagaimana keadaan ketika Allah mencabut ruh kita, yang prinsip kita sedang berbuat hal yang diridhaiNya.
Kita tidak ingin nafas terakhir terhembus dalam bingkai kemaksiatan yang Allah murka kepadanya : misalnya, sedang berzina, mabuk minuman keras, terbunuh karena merampok, mencuri, dan lain .kejahatan yang kita lakukan
Kematian merupakan sesuatu yang akan tiba dalam waktu yang relatife dekat sebenarnya, yang kita bisa jangkau dengan pikiran dan perhitungan kita, karena usia kita rata- rata tidak akan melebihi seratus tahun. Jadi sungguh begitu dekat dengan usia yang sekarang sudah kita jalani.
Maka untuk mencapai khusnulkhatimah, sebenarnya sangat simple saja, karena memang sewaktu- waktu ajal akan menjemput, tentu caranya hanya membingkai setiap detik berlalu, setiap jantung berdetak dengan amal baik. Dengan segenap keadaan yang dilumuri zikir dan bernilai ibadah kepada Allah SWT. JIka memang tidak ada detik berlalu tanpa nilai ibadah, pasti saja khusnulkhatimah dapat diraih.
Yang menjadi problema besar bagi kita adalah kita selalu menganggap dan berasumsi, bahwa ajal kita masih lama lagi. Seolah jadwal waktu tersebut kita yang tentukan dan yang atur, sehingga kebanyakan kita lalai untuk merencanakan kematian diri kita sendiri.
Perlu pula kita renungkan, bahwa khusnulkhatimah bukan kebetulan, tapi memang sudah dimenej secara benar dan rapi.
Sudah kita rencanakan dengan baik.
Jika perjalanan hidup yang pendek di dunia ini saja kita sudah rancang dan menej sekian lama, apalagi perjalanan hidup yang kekal di akhirat nanti.
Kehidupan di dunia hanya kisaran sejak lahir hingga wafat maksimal 100 tahun, kalau dikonversi dengan isi Surat Al Ma;arij ayat 4, bahwa satu hari akhirat adalah 50.000 tahun dunia, berarti kita di dunia hanya beberapa jam saja bila disbanding kehidupan akhirat.
Namun jatah hidup yang beberapa jam itu terkadang menyita waktu separuhnya hanya sekedar merancang: yaitu : belajar di SD minimal selama 6 tahun, SMP selama 3 tahun, SMA selama 3 tahun dan di perguruan tinggi selama 4 sampai 8 tahun , agar bisa bahagia melintasi sisa usia setelah sekolah. Namun begitu kecilnya perhatian kita terhadap kehidupan yang panjang, yaitu di akhirat.
Maka janganlah hendaknya yang beberapa jam tersebut menjadikan kita konyol di hadapan Allah SWT.
Dengan kematian Syu’ulkhatimah, kita akan menyesal tiada tara, penyesalan yang tidak akan dapat dimaafkan lagi, penyesalan karena kita akan memasuki neraka yang menyala-nyala.
Dengan demikian kematian sebenarnya dapat kita rencanakan sesuai kehendak kita, karena kita diberi pilihan oleh Allah SWT, hanya saja pintu yang mana akan kita ketuk, khusnul atau syu’ul khatimah terserah kita, karena Nabi SAW menyatakan,: “Sesungguhnya manusia mati sesuai kebiasaannya”
Sungguh kita akan mengikuti segenap kebiasaan kita, maka kebiasaan itu juga akan menutup aktivitas hidup kita nantinya, maka sebelum layar kehidupan ditutup olehNya untuk kita, mari kita biasakan berbuat baik dan jangan jera atau kapok menjadi orang baik, karena di samping Allah mencintai kita, orang lain masih membutuhkan orang baik. (***)
(Asmen, S.Pd.,MM : Pengawas SMK Kemdikbud Sumatera Utara dan Pimpinan Ranting Muhammadiyah Dolok Maraja, Tapian Dolok, Simalungun)
Discussion about this post