JAMAAH masjid sudah lama menanti kehadiran Ustadz Nugroho, pasalnya lelaki separuh baya yang berperawakan tinggi semampai tersebut merupakan mubaligh yang dikenal masyarakat sebagai sosok yang sederhana dan dalam segenap penyampaian nasehat/ tausiyahnya dikenal lembut dan sangat menyentuh, sehingga sangat disukai dan ditunggu para jamaah.
Dalam jadwal ceramah Ramadhan kali ini tertera nama beliau untuk memberi tausiyah pada mala m ini di masjid kami, sehingga kehadiran beliau memang sedang sangat dirindukan oleh jamaah.
Beliau membuka ceramah tausiyahnya, sebagai mana biasayaitu dengan hamdalah, shalawat yang kurang dari tiga puluh detik. Lalu beliau mempersilakan para jamaah bersama- sama mengucapkan istighfar (astaghfirullah) sebanyak 100 kali yang hanya membutuhkan waktu sekitar 67 detik, lalu beliau menutup ceramahnya dan turun dari mimbar sambil mengucapkan salam penutup.
Para jamaah terbengong dan saling berpandangan diantara mereka. Pak Ustadz tidak bergeming, lalu beliau memimpin shalat tarawih berjamaah. Usai shalat berjamaah beliau langsung pulang tanpa banyak bicara. Hitung- hitung tausiyah tersebut (kalau boleh Tanya “mana tausiyahnya?”) hanya memakan waktu tidak lebih dari 3 menit. Ceramah terpendek di dunia, kata jamaah.
Hanya saja para jamaah merasa terheran- heran, bahwa Pak Ustadz tidak meninggalkan pesan atau nasihat untuk mereka. Padahal mereka sudah siap menunggu dan menanti arahan dari beliau, disamping memang jarang- jarang beliau punya kesempatan untuk mengisi ceramah seperti itu di masjid mereka, maklum jadwal ceramah beliau sangat padat.
Setelah beberapa hari terjadilah diskusi antara pengurus masjid dan beberapa jamaah, baru mereka ketahui setelah mereka membuka buku catatan resume pengajian dan ceramah Pak Ustadz Nugroho sebelum- sebelumnya, bahwa beliau sudah beberapa kali menjelaskan keutamaan istighfar, yang ringan di lidah namun berat timbangan nilainya di sisi Allah SWT.
Tidak pula memakan waktu yang lama untuk mencapai 100 kali kita melafalkannya.
Ceramah dan tausiyah sudah cukup, tapi ekskusi belum terealisasi. Pak Ustadz ternyata tetap memperhatikan para jamaah yang telah diberinya tausiyah, apakah tausiyah- tausiyahnya diamalkan para jamaah atau tidak.
Ternyata Pak Ustadz telah menginventarisir nasehat- nasehat kepada jamaah, lalu mengklasifikasikan nasehat- nasehat tersebut, mana yang diamalkan jamaahnya dan mana yang tidak digubris.
Sungguh kemalangan yang besar bagi kita, begitu banyak nasehat mengalir dari bibir para ulama, para, ustadz dan mubaligh, lalu nasehat itu begitu saja mengalir dan berlalu, seperti desiran angin lembut sepoi yang meninabobokan belaka.
Angin yang lembut dan temaram kita puji setinggi langit, namun tanpa memberikan goresan kalbu yang berubah untuk menjadi lebih baik. Tapi jika angin tersebut berubah menjadi kencang atau topan dan beliung lalu kita mengutukinya.
Ya, ulama kami, ya Ustadz dan Mubaligh yang kami cintai, sungguh kamu semualah pewaris nabi, suluh dalam kegelapan, penghapus dahaga dalam kehausan dan pengenyang dalam kelaparan.
Maka maafkanlah kami jamaahmu, umatmu yang masih abai dalam mematuhi nasehat dan tausiyahmu.
Sungguh kami sangat membutuhkan siraman air iman, keberkahan dan ketaqwaanmu, semoga engkau tidak bosan membimbing kami dalam kehidupan. Maafkan aku, kami dan mereka yang masih belum faham akan maksud- maksudmu.(***)
Asmen, S.Pd.,MM : Pengawas SMK Kemendikbud Sumatera Utara dan Pimpinan Ranting Muhammadiyah Dolok Maraja, Tapian Dolok, Simalungun
Discussion about this post