SUDAH menjadi teradisi di Negara kita, bahwa setiap tanggal 17 Agustus diadakan Upacara Bendera di masing- masing daerah yang biasanya dipimpin oleh Kepala Daerah yang sekaligus sebagai Pembina Upacara dalam kegiatan seremonial kebangsaan tersebut. Termasuk di kota kami so pasti ada kegiatan perayaan HUT RI pada tanggal tersebut.
Biasanya upacara dimulai pukul 10 pagi yang dihadiri oleh berbagai instansi dan organisasi kemasyarakatan. Termasuk anak- anak sekolah dan pihak kampus.
Siang itu begitu menyengat panas matahari, para peserta upacara merasa sangat kepanasan, bahkan beberapa orang lari keluar lapangan untuk mencari tempat yang teduh, meski upacara belum selesai. Ada pula siswa yang pingsan, maka petugas kesehatan terlihat sibuk kesana- kemari melayani mereka yang membutuhkan pertolongan.
Ada pula orang yang terlihat paling sibuk, mereka adalah penyapu Lapangan Merdeka, tempat pelaksanaan peringatan kemerdekaan Indonesia di daerah kami. Untuk mengatasi panas yang begitu menyengat dan menimbulkan kegerahan yang bersangatan, beberapa siswa menyedot cendol dawet yang dikemas dalam plastic. Sudah menjadi kebiasaan pula anak sekolah membuang sampah bekas kemasan tersebut pada sela barisan.
Hal itu terlihat oleh petugas penyapu lapangan yang memang sibuk mengutip sampah- sampah yang ada. Dengan keranjang kusam dicangklong di punggung dan sebuah sapu di tangan, mereka dengan tangkas memungut sampah.
Bapak tua pemungut tersebut mendatangi siswa yang membuang plastik bekas kemasan , sambil mengutip bapak tua itu marah dan menyergah sang siswa.
”Suka- suka saja kau buang sampah, aku bukan pembantumu, baru saja aku bersihkan, kau sudah berulah dasar tak punya pikiran, percuma kau sekolah!”
Siswa SMP tersebut diam dan merasa malu dengan teman- temannya.
Namun salah seorang siswa yang lain yang berada di samping siswa yang membuang sampah tersebut menyahut.
“Seharusnya bapak bersyukur ada sampah di lapangan ini, kalau tidak ada sampah bapak tidak dibutuhkan di sini dan bapak pasti kehilangan pekerjaan yang akhirnya bapak tidak gajian, jadi bapak jangan marah- marah!”
Dengan bersungut bapak tersebut bergerak meninggalkan tempat itu ke tempat yang lain. Benar juga apa yang dikatakan anak tadi, kalau memang sudah bersih dan tidak ada sampah, maka pasti tidak butuh tukang sapu, dengan kata lain tukang sapu tak ada kerja yang tak punya rezeki.
Dalam hidup ini, semua aktivitas apalagi pekerjaan sebagai sumber pencaharian, pasti memiliki tantangan dan butuh perjuangan atau pengorbanan untuk mengatasinya.
Sebagaimana seorang penjaga malam pada sebuah perusahaan, dia selalu mengeluh jika hari menjelang malam, “sudah malam lagi, kerja lagi dan kerja lagi” seolah menyumpahi kehadiran malam, padahal sudah seharusnya dia menyadari, bahwa kehadiran malam baginya merupakan berkah dari Tuhan sebagai sumber penghidupan dirinya dan keluarganya.
Sesungguhnya tiada pencaharian tanpa keringat, tanpa kelelahan, namun justeru lelah dan keringat itu menjadikan kita lega menikmati hasil jerih payah kita.
Sama halnya seorang petugas fasilitas umum lainnya, ketika terjadi kerusakan pada fasilitas yang menjadi tanggungjawabnya, dia merasa susah dan merasa terbeban berat, sehingga dia mengeluh dan bekerja kurang tenang dan kurang ikhlas, jika demikian maka hasil kerjanya sudah dapat ditebak.
Berbeda dengan pekerja tukang sedot WC atau sedot tinja, mereka dengan bangga memasang brosur, pamplet- pamplet di beberapa tempat strategis dengan tulisan “WC TUMPAT, SIAP DIPANGGIL, HUBUNGI HP/WA O813 ……….”
Meski mereka bekerja pada bagian yang paling tidak disukai orang lain, namun bagi mereka merupakan berkah dalam hidupnya. Disamping menolong orang lain sebagai ibadah mereka juga dapat fulus untuk penghidupan mereka.
Mereka umumnya bekerja pada malam hari dan mereka bekerja dengan senang hati. Lalu apa status sosial anda dan apa pekerjaan anda, sudah menjadi berkahkah aktivitas yang anda geluti selama ini? Jangan – jangan anda adalah direktur atau buruh yang masih berpikir seperti tukang sapu di lapangan merdeka . Kalau masih begitu, berarti kerja adalah beban bukan nikmat dari Tuhan Yang Maha Esa.
Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS: At Taubah :105)(***)
Asmen, S.Pd.,MM : Pengawas SMK Kemendikbud Sumatera Utara dan Pimpinan Ranting Muhammadiyah Dolok Maraja, Tapian Dolok, Simalungun
Discussion about this post