LELAKI bertubuh semampai, dengan rambut tipis dan kulit sawo matang kehitaman itu tak pernah menjadi pembicaraan warga setempat.
Kehadirannya dalam kegiatan tidak juga menggenapi, demikian juga ketidakhadirannya tidak akan mengurangi. Dalam setiap acara, dia selalu di pojok dan tak pernah dinominasikan, tapi dasar cuek, ia selalu berpikir “Gitu aja kok repot”. Orang mengenal namanya “Horas” menurut tetangga nama lengkapnya Horas Pandapotan.
Dari nama tersebut suda dapat ditebak dia berasal dari mana, meski marga tak ada yang tahu selain dia sendiri. Masih menurut tetangga, beliau adalah blasteran Batak dengan Jawa. Itu bukan blasteran tapi asimilasi kata yang lain. Namun lelaki usia 67 tahun itu selalu tak peduli, tetap begitu aja kok repot.
Dalam kesehariannya Horas merupakan orang biasa yang tak beda dengan yang lain. Pakaian sederhana, topi kusam yang selalu nempel di atas kepala. Sungguh tak ada yang istimewa yang dapat ditampilkan di depan orang lain. Sesekali jika ada orang butuh untuk pinjam uang, maka ia berbisik “jangan ngomong ke orang lain, nanti disangka kita banyak uang”.
Dalam shalat berjamaah di masjidpun, Horas tak pernah diperhitungkan jamaah lain, beliau tetap santai dengan kesibukannya berzikir dan ibadah sunnah lainnya, jamaah hanya mengenalnya sebagai si Pembersih, karena beliau tidak suka dengan keadaan lingkungan masjid ada yang kotor.
Jika dilihat ada sampah, maka dengan sigap ia ambil sapu, langsung membersihkannya. Hal ini menjadi bahan ledekan jamaah lain yang usil. Tanpa sepengetahuan Horas mereka sengaja seolah melemparkan sampah di lingkungan masjid, So pasti dengan riang Horas langsung ambil tindakan bersih- bersih.
Masih seperti biasa keadaan shalat Zhuhur berjamaah siang itu, belum ada yang berubah, namun beberapa waktu para jamaah dibuat geger, pasalnya pada sujud terakhir, Horas tidak bisa bangkit lagi, lalu jamaah mengangkatnya.
Mereka semua melafalkan “Inna lillahi wainna ilaihi raji’un” Ternyata Horas dijemput kekasihnya yaitu Allah SWT dalam kondisi terbaik, sedang bersujud kepadaNya. Kematian yang didambakan setiap muslim, tanda lahiriyah husnul khatimah.
Dalam acara pemberangkatan jenazah sore itu, pelayat, membludak, terutama anak- anak yatim yang jumlahnya ratusan , mereka mengungkapkan, bahwa selama ini bapak Horas inilah yang membiayai panti yatim mereka.
Sungguh mereka merasa sangat kehilangan orangtua asuh yang ringan tangan dan suka berbagi. Begitu juga pengakuan para tetangga, bahwa hampir separuh pernah pinjam uang kepada almarhum tanpa bunga, bahkan masih ada yang belum mampu bayar sampai beliau dikebumikan. Namun sesuai pesan beliau sebelum wafat, “Kalau ada uang dibayar, tapi kalau masih susah gak usah dipikirkan”.
Beberapa orang jompo dan pemulung menyampaikan karangan bunga, sebagai penghormatan terakhir kepada almarhum, tangisan mereka pecah di sela-sela keterbatasan mereka. Bahwa selama ini almarhum merupakan orang yang selalu menolong mereka dalam kesusahan.Terbukti, bahwa diam itu emas pada diri Horas Pandapotan.
Beliau tak banyak bicara, tapi banyak berbuat. Horas telah memenuhi pesan Rasul SAW “Jika kamu memberi dengan tangan kananmu, maka usahakan jangan sampai tangan kiri tahu”.
Hari- hari ini kita terkecoh dibuat almarhum, ketika orang menolong dan memberikan bantuan justeru ingin dikenal atau ingin disebut dermawan. Atau menginginkan barang lebih. Tapi Horas Pandapotan mampu meniti mulus jalan terjal tersebut.
Ketika ia menganggap hartanya adalah titipan, jabatan dan status sosial bisa menyesatkan, Maka ia bertindak sesuai keyakinannya, Sungguh kita yang terkecoh, tapi almarhum tidak dapat dikecoh, maka ia benar- benar selamat,Horas Pandapotan semoga benar benar horas sampai ke tujuan bertemu dengan Tuhan.(***)
Asmen, S.Pd.,MM : Pengawas SMK Kemendikbud Provinsi Sumatera Utara dan Pimpinan Ranting Muhammadiyah Dolok Maraja, Tapian Dolok, Simalungun
Discussion about this post