P.Siantar, Aloling Simalungun
Organisasi Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Pematangsiantar-Simalungun menggelar aksi demonstrasi massa pada jumat, 20/8 di DPRD dan Balaikota Pematangsiantar.
Tampak dalam aksi tersebut puluhan anggota GMKI turun kejalan yang dipimpin Gading S dan Andry Napitupulu melakukan longmarch dan orasi-orasi disepanjang jalan Sutomo menuju Gedung DPRD Kota Pematangsiantar.
Pimpinan aksi Gading S menjelaskan adapun tuntutan aksi adalah agar kinerja satgas covid19 dievaluasi karena harus mampu menjelaskan mengapa kota siantar bisa naik status PPKM level 4, karena menurut Gading PPKM level 4 tidak serta merta terjadi sehingga mahasiswa yang punya fungsi control sosial harus meminta pertanggungjawaban pemangku kepentingan demi terlaksananya pemerintahan yang optimal apalagi disituasi darurat covid seperti ini.
“Satgas itu powerful, jadi harus diawasi supaya hati-hati bekerja membuat kebijakan penyekatan PPKM tapi tak memikirkan dampaknya.” tegas Gading sembari menyebut para jukir, supir, pedagang asongan harus dicover bansos PPKM karna telah berkurang pendapatannya akibat PPKM.
Gading menerangkan aksi terbatas berjumlah 20 orang ini dimulai longmarch pagi hari dari Jl Sutomo menuju Gedung DPRD dan Balaikota Jl Merdeka, tampak di DPRD para demonstran disambut puluhan personil Polres dan 5 orang anggota DPRD yakni Andika Sinaga, Ilhamsyah Sinaga, Baren Purba, Tongam Pangaribuan dan Hutabarat. Tampak para orator silih berganti menyampaikan orasinya dan diakhir diberikan tanggapan oleh Andika Sinaga selaku Ketua Komisi 1 DPRD yang menerangkan bahwa pihaknya tengah gencar melakukan sidak ke puskesmas sebagai langkah awal untuk memanggil pihak pemko siantar atau satgas covid.
“Kami rasa tuntutan dari GMKI ini sangat kami apresiasi dan sudah tepat, jadi sebagai bentuk dukungan surat tuntutan ini akan kami tandatangani sebagai komitmen kami menyuarakan aspirasi ini.” ujar Andika sembari menandatangani selembar surat tuntutan yang disodorkan Pimpinan aksi Gading S diikuti anggota DPRD lainnya.
Selepas dialog tersebut, massa pun berpindah ke Balaikota Pematangsiantar untuk berjumpa dengan Ketua Satgas Covid19 Pematangsiantar, Hefriansyah, SE, MM. Namun saat singgah di posko satgas covid19 yang berlokasi disamping balaikota massa malah ditemui Sekretaris Satgas Covid19 Pematangsiantar, Drs Daniel Siregar. Karena keinginan untuk bertemu Ketua Satgas tak terpenuhi, massa pun pamit kepada Daniel dan berpindah ke pelataran Gedung Balaikota Pematangsiantar, selama 20 menit lebih massa berorasi memanggil-manggil nama Hefriansyah tapi tak satupun pejabat balaikota datang menemui, akibatnya massa memutuskan untuk melakukan aksi tabur bunga sebagai tanda demokrasi di balaikota sudah mati, pimpinan aksi Gading S juga turut menempelkan 2 buah kertas bertuliskan “Dicari ! Ketua Satgas Bapak Hefriansyah oleh GMKI” dan “Gedung ini kosong dan berhantu.” selepas melalukan aksi itu massa pun membubarkan diri dengan tertib dan teratur, tampak beberapa pimpinan aksi mengingatkan massa untuk tetap memperhatikan protokol kesehatan.
Sementara itu koordinator aksi Andry Napitupulu menerangkan sulitnya vaksinasi bagi masyarakat karena ada 3 institusi yang mengkoordinir vaksin terpusat yakni satgas, polisi dan tentara sehingga masyarakat dioper-oper dalam mendapatkan kupon vaksin yang dibagikannya. Akibatnya sama seperti pembagian bansos, vaksinasi terpusat ini membuat masyarakat menyemut dilokasi vaksin.
“Kembalikanlah vaksinasi ke dinkes dan puskesmas, karena banyak petugas puskes mengaku tak tau cara pembagian kupon sehingga masyarakat jadi korban.” ujar Andry agar proses vaksinasi bisa cepat berjalan dengan dukungan belasan puskesmas se kota siantar.
Selain andry, para orator mahasiswa yakni Armada, Theo Naibaho, Vernando, Natalia, Daniel yang bergiliran berorasi kompak menyebut bahwa permasalahan transparansi bansos yang tidak tepat sasaran, tidak dicovernya pekerja terdampak PPKM, semrawutnya vaksinasi terpusat pakai kupon hingga penyekatan yang menghalangi aktivitas perdagangan dipasar menambah akumulasi kekecewaan mereka atas kinerja satgas covid19 Pematangsiantar.
“Kali kedua kami memberikan catatan bagi satgas covid, agar kita semua berbenah karena sama-sama ingin siantar keluar dari zona merah ini.” ujar Orator bergiliran sembari menegaskan GMKI telah aktif dan kritis memberi masukan ke satgas sejak 2020 lalu, pihaknya juga beberapa kali melakukan aksi sosial sebagai bentuk solidaritas.
Sementara dilokasi yang sama Ketua GMKI Pematangsiantar-Simalungun Juwita Panjaitan bercerita bahwa jejak digital membuktikan jauh sebelum aksi massa ini pihaknya banyak memberi saran dan masukan terhadap kinerja satgas, baik dalam bentuk surat terbuka, surat audiensi, komunikasi hingga rilis pers dimedia telah diberikan sebagai masukan.
“Tetapi sama seperti sebelum-sebelumnya, mungkin tembok itu terlalu tebal untuk ditembus dengan cara-cara konvensional.” terang Juwita sembari mengaku sadar penuh akan situasi PPKM yang mencekam.
Juwita menceritakan langkah aksi massa ini ditempuh untuk menegaskan fungsi mahasiswa untuk mengawasi dan memberikan keseimbangan, agar tidak ada instansi maupun pihak yang merasa superior dan tidak bisa dievaluasi apalagi satgas covid yang menurutnya mengurus keselamatan orang banyak dimasa pandemi covid19.
“Semoga meski langkah-langkah yang kita buat bervariasi, tapi tujuan kita sama agar keluar dari level 4 ini dan jadilah ini momentum satgas untuk berbenah diri.” tukas Ketua GMKI Pematangsiantar-Simalungun, Juwita Panjaitan bersama Pimpinan aksi Gading S.(rel)
Discussion about this post