LISA itu bukan gadis cantik seperti Nawangwulan yang turun menggunakan pelangi untuk mandi-mandi di telaga bumi. Kemudian, gaunnya diambil Jaka Tarup untuk kemudian membangun mahligai rumah tangga, seperti legenda Babat Tanah Jawi.
Sekarang, LISA itu ada di Kota Siantar dan tidak datang dari kayangan karena kepanjangan LISA adalah ”Lihat Sampah Ambil”. Merupakan gerakan kebersihan yang dicanangkan dr Hj Susanti Dewayani setelah beberapa minggu menjadi Plt Wali Kota.
Lantas, saat LISA diluncurkan Rabu (9/3/2022), para Camat langsung atur gaya untuk bersih-bersih melalui kegiatan gotong royong bersama para lurah, masyarakat maupun berbagai organisasi kemasyarakatan dan kepemudaan.
Demi LISA, ada Camat dan Lurah tak segan-segan masuk parit membersihkan sampah dan mengorek sendimen yang dangkal, berair campur minyak. Sehingga ikan gobi atau ikan buricak enggan berkembang biak. Tujuannya, untuk mengantisipasi banjir saat musim hujan tiba.
LISA memang tidak sepopuler berita artis Aura Kasih yang langsing tanpa menyedot lemak di tubuh. Tapi, paling tidak, hangat diperbincangkan dan berupaya diviralkan. Karena setiap ada kegiatan bersih-bersih, selalu diposting ke media sosial. Padahal, para Camat selama ini lebih suka mengarahkan telunjuk kepada petugas kebersihan untuk urusan kebersihan.
Sementara, petugas kebersihan itu sering duduk di bawah pohon yang sedikit rindang. Sambil menyeka keringat, minum air putih yang dibawa dari rumah karena gajinya yang kecil, tidak ada dialokasikan untuk membeli air mineral. Apalagi untuk memenuhi kebutuhan pokok saja belum memadai. Sehingga, sudah terbiasa menerapkan pola hidup amat sangat sederhana.
Diketahui, hasil publikasi dari Kominfo Pemko Siantar, seluruh Camat rata-rata sudah bergerak melaksanakan program LISA. Tapi, perlu diketahui, Camat Siantar Barat, jauh hari sebelum ada LISA, sudah mengorek parit dan mengangkut sampah di areal perkotaan.
Tapi, kalau pun ada Camat melakukan gerakan kebersihan karena LISA, tentu tidak salah. Karena, Camat itu memang baru mau bekerja setelah digerakkan LISA sebagai program Plt Wali Kota yang memang perlu diapresiasi.
Kemudian, setelah LISA diluncurkan, Kecamatan Siantar Barat dengan slogan “Ojo Kendor” tetap mendalamkan parit, membenahi Taman Kelurahan dan menghalo-halokan masyarakat agar menjaga kebersihan dan membuang sampah di Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPSS).
Selain itu, pemukiman masyarakat di Kelurahan Tomuan yang selama ini banjir saat hujan deras, tidak banjir lagi karena drainase yang tersumbat dibersihkan pasukan SITIUR (Siantar Timur Untuk Rakyat). Kecamatan Siantar Utara dan lurah juga bergerak bergotongroyong dengan menerjun Tim Tanggap Kecamatan. Demikian juga di Kecamatan Siantar Marihat dan kecamatan lainnya di seluruh Kota Siantar.
Sebelumnya, Plt Wali Kota dr Hj Susanti Dewayani mengatakan pelaksanaan LISA harus dilakukan dengan prinsip 5S, Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun. Untuk itu, kening para Camat dan Lurah jangan pernah berkerut dan cemberut melakukan LISA. Karena, akan terus dipantau, dilihat, dan diawasi.
Kemudian, perlu diingatkan, program LISA sejatinya tidak hanya dilakukan para pejabat tingkat kota, kecamatan sampai kelurahan. Lebih dari itu, bagaimana caranya agar masyarakat memiliki kesadaran mendukung program LISA. Dengan kesadaran sendiri, turut aktif menjaga kebersihan.
Sementara, yang tidak kalah penting, ketersediaan Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPSS) tentu menjadi salah satu pendukung untuk peningkatan kebersihan itu. Apalagi TPSS di sejumlah kelurahan perlu penambahan. Tetapi, kontinuitas pengangkutannya juga wajib diperhatikan. Sehingga, tidak ada sampah yang berserakan karena telat diangkut.
PIALA ADIPURA
Gerakan LISA yang targetnya mengarah untuk meraih piala Adipura, lambang supremasi kota terbersih se Indonesia, tentu perlu diapresiasi. Meski Siantar sempat disebut sebagai kota Adipura dengan meraih Adipura Kencana, kondisi kota Siantar saat ini memang bukan hanya sekedar kotor , tetapi termasuk kumuh.
Gerakan LISA yang minimal dapat membuat Kota Siantar lebih bersih dari kondisi sebelumnya hanya salah satu persyaratan meraih Piala Adipura itu. Tapi, soal semraut dan kumuh yang menjadi salah satu problem, wajib menjadi perhatian.
Lihatlah pedagang kaki lima di sekitar Pasar Horas dan Pasar Dwikora. Eks terminal Suka Dame yang sekarang menjadi Terminal Agrobisnis. Keberadaan stasiun bus antar kota yang malah berada di areal perkotaan. Belum lagi bangunan yang berdiri di atas drainase dan lokasi terlarang.
Untuk meraih Piala Adipura memang tidak mudah apalagi dilakukan dengan pura-pura atau hanya supaya pejabat yang berkaitan dinilai Plt Wali Kota aktif. Karenanya, LISA hanya sebagai langkah awal. Sedangkan langkah selanjutnya masih banyak harus dilakukan. Dan, itu perlu dukungan semua pihak.
Namun sebagai motivasi khususnya untuk para camat se Kota Siantar, Plt Wali Kota perlu membuat lomba kecamatan terbaik agar setiap kecamatan berbenah menciptakan Siantar tidak kumuh dan semraut. Tapi, bersih, indah dan berbunga (Berhiber). (***)
Discussion about this post