P.Siantar, Aloling Simalungun
Selain menyurakan isu nasional tentang tolak Presiden 3 priode, tolak penundaan Pemilu, tolak kenaikan harga BBM Pertalite dan minyak goreng, aksi demo kelompok Cipayung juga mempertanyakan keberadaan BSA, program LISA, GOR, Stadion dan Siantar sebagai Kota toleransi. Senin (11/4/2022).
Pertanyaan itu, disampaikan mahasiswa yang tergabung pada kelompok Cipayung Plus melalui perwakilan masing-masing. Seperti, GMKI, FMKRI, GMI, HMI, PMII, IMM.
Langsung diajukan kepada Plt Wali Kota yang menerima pengunjuk rasa di depan pintu gerbang kantor DPRD Siantar bersama ketua DPRD Siantar, Timbul Marganda Lingga, Kapolres Siantar, AKBP Boy SB Siregar dan sejumlah anggota DPRD Siantar serta beberapa pejabat Pemko Siantar.
“Ibu Plt Wali Kota, kami mahasiswa belum mengetahui bagaimana tentang grand disain kota Siantar ke depan. Katanya ada program LISA yang kepanjangannya Lihat Sampah Ambil. Tapi, banjir malah terjadi di beberapa lokasi,” ujar Ketua MMI, Bill Erlangga Nasution.
Pada perkembangan selanjutnya, mahasiswa juga mempertanyakan tentang BSA sebagai ikon Kota Siantar, keberadaan GOR yang bagai rumah hantu, pembangunan stadion yang berubah menjadi danau. Selanjutnya, tentang Kota Siantar yang tidak lagi menjadi salah satu kota paling toleransi di Indonesia.
Sebelum Plt Wali Kota Siantar menjawab seluruh pertanyaan para mahasiswa, Ketua DPRD Timbul M Lingga dan Wakil Ketua DPRD Mangatas MT Silalahi mengatakan siap mendukung aspirasi secara nasional yang disampaikan mahasiswa.
“Aspirasi-aspirasi yang disampaikan terkait dengan permasalahan kota Siantar sangat kami dukung untuk menjadi perhatian bersama. Untuk itu, kita minta kepada ibu Plt Wali Kota menjawab aspirasi yang disampaikan adik-adik mahasiswa, “ ujar Timbul Marganda Lingga.
Selanjutnya, Plt Wali Kota mengatakan setuju dengan apa yang disampaikan para mahasiswa. “Kepimpinan saya hanya sekitar 2,5 tahun. Saat ini tentu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Tapi, tetap memprioritaskan kepentingan masyarakat,” ujar Plt Wali Kota.
Lebih lanjut dijelaskan, soal BSA sebagai ikon kota Siantar karena memiliki nilai sejarah. sebagai rampasan Perang Dunia II. Ikon dikatakan merupakan benda bersejarah. Sehingga, meski BSA buatan Inggris tetap layak dijadikan Ikon Kota Siantar.
Terkait dengan program LISA dikatakan menjadi salah satu upaya untuk kebersihan Kota Siantar. Sedangkan soal sampah dikatakan bisa didaur ulang dan sudah ada lokasi pengganti Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di Tanjung Pinggir. Terkait masalah banjir saat , dikatakan karena tersumbatnya gorong-gorong. Untuk itu segera dilakukan antisipasi.
“Kalau tentang GOR, kalau kita melintas dari Jalan Merdeka, memang seperti rumah hantu. Tapi, saat ini sudah ada pihak ketiga yang akan melakukan pembangunannya. Untuk itu kita akan mendorongnya supaya dilakukan percepatan dengan melakukan peletakan batu pertama,” ujar Hj Susanti Dewayani yang saat itu mulai hujan gerimis.
Sedangkan keberadaan GOR yang pembangunannya saat ini sedang mangkarak, sedang diupayakan akan ditindaklanjuti. Namun, karena keterbatasan APBD berkisar Rp 800 juta, dananya akan dupayakan dari pemerintah pusat.
Hal lain yang menjadi perhatian Hj Susanti terkait dengan Kota Siantar yang telah tercampak dari 10 besar kota paling toleransi di Indonesia. Untuk itu, Pemko sedang memperkuat peran dari Forum Komunikasi Antar Ummat Beragama (FKUB).
“Kalau ada riak-riak kecil, kita upayakan supaya tidak membesar dengan memberdayakan peran dari FKUB untuk terus memonitor. Itu salah satu upaya yang kita lakukan saat ini,” ujar Susanti lagi untuk kemudian pamit kepada para mahasiswa karena hujan akhirnya semakin deras.
Sementara, mahasiswa tetap bertahan ditemani Kapolres Siantar AKBP Boy SB Siregar bersama sejumlah personel polisi lainnya. Menjelang beberapa saat, pengunjukrasa akhirnya membubarkan diri dengan tertib. (In)
Discussion about this post