Sebelum menguraikan tentang pengaruh bahasa dalam pengembangan khotbah, terlebih dahulu akan dikemukakan tentang definisi khotbah. Khotbah adalah menyampaikan pesan dari TUHAN atau menyampaikan Firman Tuhan. Dalam EBI, khotbah diartikan sebagai pidato(terutama yang menguraikan ajaran agama).
Dalam artikel ini khotbah dimaksudkan sebagai kegiatan penyampaian pesan-pesan atau seruan agama kepada pemeluknya, baik secara lisan maupun secara tertulis, agar pemeluk agama bersangkutan dapat mengambil hikmah dan menaati aturan agamanya.
Upaya penyebarluasan seruan agama kepada pemeluknya tidak dapat lepas dari bahasa sebagai medium utamanya. Beberapa peristiwa sejarah penyebaran agama telah membuktikan besarnya peranan bahasa dalam kegiatan khotbah.
Pada tahun 1622 Paus Gregorius XV membentuk sebuah komisi yang disebut Komisi Kardinal yang bertujuan menumbuhkan keimanan Kristiani di beberapa negara.
Secara khusus misionaris itu ditugasi untuk menyebarkan ajaran Kristiani tersebut supaya bisa menarik beberapa ribu pemeluk baru . Kegiatan ini tentu saja memanfaatkan bahasa untuk menjamin keberhasilan misinya.
Para misionaris dalam kegiatan ini memaksimalkan peranan bahasa dalam fungsinya sebagai alat propaganda. Bahasa sebagai alat propaganda dapat digunakan untuk mempengaruhi seseorang agar menganut suatu aliran, sikap, atau arah tindakan tertentu.
Terbentuknya agama Kristen tidak bisa dipisahkan dari sejarah perkembangan gereja Kristen, sebab gereja telah membawa ajaran agamanya, membimbing para penganutnya dan menyaksikan perjalanan panjang selama dua ribu tahun sejak abad pertama Masehi, dari tanah Israel sampai meneyebar ke Eropa, Amerika, Indonesia, dan seluruh penjuru dunia. Pada dasarnya, intisari Kekristenan terbentuk dari asal usul Yesus, mulai dari kelahiran, pelayanan, kematian, kebangkitan, hingga dinaikkan-Nya di surga.
Penyebaran itu berkat adanya bahasa yang berfungsi sebagai sarana penyampai pesan atau informasi. Peranan bahasa sebagai sarana pengembangan khotbah juga dapat diamati dalam sejarah penyebaran agama di Indonesia, terutama dalam penyebaran agama kristen. Penyebaran kristeyang begitu cepat dan menjangkau wilayah yang sangat luas itu, tentu saja karena peranan bahasa.
Di Indonesia khususnya, peranan bahasa dalam pengembangan khotbah terlihat semakin meningkat. Hal itu dibuktikan oleh semakin banyaknya tayangan acara televisi tentang penyiaran agama, misalnya mimbar agama Kristen, mimbar agama Islam, mimbar agama Hindu, dan Mimbar agama Budha. Bukti lain yaitu, semakin banyaknya penerbitan buku keagamaan yang diterbitkan setiap tahunnya. Kedua hal ini semakin menunjukkan betapa besarnya peranan bahasa dalam kegiatan Khotbah. Dengan bahasalah khotbah disampaikan secara lisan dan secara tertulis, seperti disebutkan di atas. Memang, tanpa bahasa tak ada yang terpikirkan dan tak ada yang terkatakan.
Selanjutnya, penggunaan bahasa pulalah yang sangat berperan dalam menentukan keberhasilan khotbah. Sebagai gambaran, dapat dilihat dan diamati bagaimana para pendeta, seperti …dalam meyampaikan pesan-pesan kebenaran dalam agama kristen.Bagaimana para pendeta Kristiani, Hindu, dan Budha dalam berupaya memberikan pemahaman tentang agamanya kepada khalayak. Mereka semua tentu saja berupaya mengemasnya dengan bahasa yang menarik dan dengan gaya masing-masing.
Para remaja lebih tertarik kepada gaya penyampaian khotbah pendeta kharismatik, kalangan orang tua lebih senang kepada gaya penyampaian khotbah protestan , semua tingkatan usia menyenangi gaya penyampaian khotbah pendeta HKBP, dan lain-lain. Perbedaan itu lebih dikarenakan oleh teknik pemanfaatan bahasa yang bermacam-macam. Keberhasilan mereka dalam menarik perhatian khalayak tentu saja tidak dapat dipungkiri. Semua itu karena kelihaian mereka dalam “memainkan” bahasa.
Sebagai kegiatan yang menggunakan bahasa sebagai media utamanya, khotbah dapat dijadikan sebagai sarana pembinaan dan pengembangan bahasa. Hal itu dimungkinkan karena dalam kegiatan khotbahterjadi interaksi antara seseorang dengan orang lain. Untuk membina dan mengembangkan suatu bahasa, maka peggunaan bahasa dengan baik dan benar dalam interaksi tersebut secara tidak langsung akan menjadi model atau pajanan berbahasa bagi orang lain yang mendengarkan penggunaan bahasa tersebut.(penulis adalah mahasiswa STT-HKBP Pematang Siantar)
Discussion about this post