Globalisasi sangat mempengaruhi aspek kehidupan, sosial, terutama bahasa. Menurut laman Ethnologue, pada saat ini ada 7. 099 bahasa yang dipergunakan sebagai bahassa sehari-hari. Ada 3 bahasa yang sangat umum dipergunakan dalam kehidupan saat ini. Bahasa Inggris, bahasa Indonesia, dan bahasa daerah. Bahasa Inggris yang menjadi bahasa Internasional menciptakan sebuah daya tarik yang sangat besar, untuk mempelajari serta mendalaminya.
Begitupula dengan bahasa Indonesia yang merupakan bahasa Nasional, yang dipelajari dan dipahami setiap rakyat Indonesia, yang juga sebagai bahasa yang menjadi pemersatu bangsa. Dan untuk yang terakhir yaitu bahasa daerah, dimana setiap daerah memiliki bahasa mereka masing-masing, generasi sekarang ataupun orang-orang yang masih banyak tertarik dan bahkan lebih mendalami bahasa daerah mereka masing-masing.
Maria Ermilinnda Dua Lering, M. Pd. dalam buku “Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi”, menuliskan pengertian bahasa adalah alat komunikasi yang menghubungkan antar manusia yang satu dengan manusia lainnya. Hal ini memberi pengertian, pentingnya menggunakan bahasa yang dipahami dan dimengerti dalam berkomunikasi. Jika bahasa yang digunakan tidak dimengerti dan dipahami penerima, maka tidak terjalin komunikasi yang baik atau pesan yang disampaikan sia-sia. Lantas bagaimana gereja mengatasi hal ini dalam peribadahan?
Ibadah yang tujuannya untuk menyampaikan pesan atau firman haruslah menggunakan bahasa yang dapat dipahami, agar pesan dapat tersampaikan dengan baik. Hal ini menjadi salah satu tugas gereja dalam menyusun ibadah, dengan memilih bahasa yang digunakan dalam peribadahan. Banyak generasi sekarang yang lebih memillih untuk ibadah melalui media sosial, agar dapat memilih bahasa serta tata ibadah yang mereka inginkan. Bukan hanya ibadah melalui media sosial, bahkan sudah banyak jemaat yang bermain ponsel saat ibadah terutama saat kotbah, hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa penyebabnya ialah tidak memahami atau menguasai bahasa yang digunakan. Bisa juga dikarenakan, jemaat yang merasa monoton dengan ibadah yang begitu-begitu saja.
Dalam hal ini, ada baiknya jika gereja menggunakan beberapa bahasa yang umum dalam peribadahan dengan waktu yang sudah ditentukan. Selain untuk memberi pilihanh pada jemaat memilih bahasa yang mereka kuasai, hal ini juga menjadi salah satu perantara untuk jemaat yang tertarik memperlajari atau beribadah dengan bahasa yang menarik bagi mereka. Beribadah dengan bahasa yang dimengerti membuat pesan dalam ibadah dapat tersamppaikan dengan baik. Bukan hanya pesan dalam ibadah saja, peran bahasa dalam ibadah juga bisa menjadi sarana untuk para jemaat belajar tentang bahasa tersebut, sehingga ibadah berkesan tidak monoton.
Gereja dapat mengatur bahasa yang digunakan dalam ibadah dengan waktu yang ditentukan. Misalnya; ibadah pagi menggunakan bahasa Inggris, ibadah siang menggunakan bahasa Indonesia, dan sore ataupun malam dengan bahasa daerah. Sehingga jemaat dapat memilih ibadah dengan bahasa yang mereka kuasai dan yang menarik bagi jemaat. Tujuan ibadah juga dapat tersampaikan dengan pesan, pelajaran bahkan situasi yang baru.(penulis adalah mahasiswa STT-HKBP Pematang Siantar)
Discussion about this post