KETIKA Musa AS memasuki “Lembah Tuah” lalu Allah bertanya kepada Musa “Wahai Musa, apa yang berada di tanganmu?” Tuhan bertanya bukan berarti Tuhan tidak tahu, sungguh Dia Maha Tahu.
Tuhan hanya ingin menegaskan agar Musa fokus pada pembicaraan yang sedang dilakukan. “Ini adalah tongkat yang aku bertelekan padanya dan kupakai memukul dedaunan untuk makan kambingku” jawab Musa, karena memang tak sedikitpun bagi Musa tahu jika tongkat itu merupakan salah satu mukjizat yang Allah berikan kepadanya untuk menguatkan kenabiannya.
“Wahai Musa, coba kau lemparkan tongkatmu itu!” perintah Allah kepada Musa, lalu sekonyong- konyong tongkat itu menjadi ular besar yang sangat gesit dengan menjulur –julurkan lidahnya.
Lalu Allah perintahkan Musa AS untuk menda’wahi Fir’aun dengan membawa bukti –bukti kerasulannya dan mu’jizat tongkat yang sudah diketahui Musa. Ketika Musa berhadapan dengan para penyihir yang telah dikumpulkan Fir’aun untuk mengalahkan hujjah Nabi Musa, maka para penyihir itu melemparkan tali- tali dan langsung berubah menjadi ular yang berserakan dan siap memangsa apa saja sesuai keinginan sang penyihir. Hati Musa kecut, Musa tidak akan bertindak gegabah sebelum mendapat perintah Tuhannya untuk bertindak. Musa tidak seperti para dukun gadungan yang setiap kali untuk melakukan aksinyadengan menggunakan jin maupun Iblis cukup mengatakan “adakadabra” langsung muncul apa yang dikehendaki.
Musa tetap tunggu perintah Tuhan. “ Lemparkan tongkatmu!” kata Allah, lalu tongkat berubah menjadi ular besar dan menelan semua makhluq jelmaan tali temali menjadi ular tersebut.
Demikian pula Musa dan pengikutnya terdesak dan mentok tak ada jalan ketika berhadapan dengan Laut Merah di depan dan pasukan Fir’aun di belakang.
Perintah Allah “Pukulkan tongkatmu” Dari perjalanan kerasulan Musa, salah satu mu’jizat andalannya adalah tongkat tersebut. Memang mu’jizat seperti itu pada zamannya sangat dibutuhkan.
Ketika Rasul Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT, sebagai Nabi dan Rasul “Khataman Nabiyyin” , nabi penutup, Allah memberikan mu’jizat andalan dan terbesar adalah Al Qur’an. Di zaman akhir ini memang sangat sesuai Al Qur’an diturunkan. Dimana orang saat ini membutuhkan referensi sebagai landasan keilmuan.
Maka Al Qur’an hadir sebagai referensi yang tertulis dan yang terjaga keontentikannya sepanjang masa. Salah satu menjaga keotentikannya sampai kini adalah Allah menebarkan para hafizh (penghafal) Al Qur’an.
Firman Allah ,“ Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”.(QS : Al Hijr ; 9)
Di zaman akhir kekuatan fisik tidak dapat menjadi andalan, tetapi kekuatan mental dan pengembangan fikiran menjadi hal yang sangat urgen, maka Al Qur’an sangat sesuai untuk mencari solusi dalam menghadapi problema- problema kekinian.
Jika mu’jizat yang hadir sebagai andalan di zaman kini adalah tongkat Nabi Musa, saya tidak tahu bagaimana membayangkannya, pasti akan terjadi pertumpahan darah besar-besaran, dimana semua orang akan berburu tongkat tersebut untuk memilikinya, karena seolah tongkat itu punya kesaktian (padahal tidak ada apa-apanya kalau Allah tak menghendaki).
Antar Negara juga akan saling serbu demi mendapatkan tongkat sakti itu. Yang tidak ketinggalan mengeruk keuntungan dalam perburuan ini adalah para pemalsu barang- barang.
Mereka akan membuat tongkat Musa yang sangat mirip dengan aslinya namun palsu, tongkat Musa KW. Sehingga menelisik mana yang asli dengan yang palsu sangat susah. Anehnya semua mengklaim, bahwa yang mereka pegang adalah yang asli.
Namun, Allah yang Maha Kuasa yang menguasai segala zaman, Dia Maha Tahu apa yang sedang dibutuhkan hambaNya pada zamannya. Maka Allah SWT menurunkan Al Qur’an dan semua kita diharapkan agar segera memburunya, menelisiknya, mengobral kebenaran yang ada di dalamnya untuk semua umat manusia.
Kita diwajibkan memilikinya dan menghunjamkan maksud yang termaktub di dalamnya ke dalam kalbu kita. Hari ini, besok dan hari- hari berikutnya.(***)
Asmen, S.Pd.,MM : Pengawas SMK Kemendikbud Sumatera Utara dan Pimpinan Ranting Muhammadiyah Dolok Maraja, Tapian Dolok, Simalungun
Discussion about this post