DAMAK adalah sebuah Huta yang ada di Nagori Siporkas, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun, Propinsi Sumatera Utara.
Huta Damak cukup dikenal dengan penghasil produk pertanian seperti, jeruk, tomat, cabe, kopi, jahe, jagung dan juga termasuk banyak petani padi sawah dan lahan kering. Puluhan ton hasil pertanian kususnya sayuran dipasarkan ke luar daerah setiap minggu.
Selain itu, Huta Damak juga pernah terkenal dengan seorang tokoh fenomenal supranatural yang biasa digelar dengan nama Opung Pangdam.

Saya lahir di Simalungun, saat berumur 7 tahun pindah ke Medan, tahun 1990 saya diterima kuliah di Institut Pertanian Bogor, lulus mendapatkan gelar Sarjana Pertanian, mendalami ilmu kesuburan tanah. Sejak kuliah sampai sekarang saya tinggal di Bogor, sudah 30 tahun saya tinggal di Bogor, sudah menikah dan memiliki satu anak.
Poin ketiga Tridarma Perguruan Tinggi adalah mengajarkan bahwa ilmu yang sudah saya dapatkan saat kuliah di IPB harus saya amalkan dan saya implementasikan agar kehidupan para petani bisa lebih baik lagi. Salah satu motivasi saya turun ke sawah adalah ingin mempengaruhi petani agar SDM, keterampilan dan kehidupannya bisa lebih baik lagi.
Sejak tahun 2015 saya sudah melakukan penyuluhan cara on line tentang kesuburan tanah kepada petani padi lewat media sosial, saya salah satu admin di grup fb Komunitas Petani Padi Indonesia. Apa yang saya ajarkan ? Bukan hanya masalah budidaya menanam padi saja tapi juga mengajarkan kepada petani agar petani bisa memiliki mentalitas dan sikap hormat kepada tanah, tanah harus disuburkan kembali, tanah harus lestari. Cara menyuburkan tanah adalah dengan memberikan bahan organik dan mikroorganisme yang bermanfaat untuk kesuburan tanah dan berguna untuk memenuhi nutrisi untuk pertumbuhan tanaman padi, mikroba yang diberikan ke tanah juga mampu sebagai pengendali hama dan penyakit tanaman.
Setelah 2 tahun saya melakukan penyuluhan on line, tahun 2017 saya turun ke sawah, mengunjungi petani padi yang ada di grup fb Komunitas Petani Padi Indonesia. Saya mengunjungi petani padi, silaturahmi, melakukan pemberdayaan melalui pelatihan dan penyuluhan cara menyuburkan tanah, mengajarkan cara Pembuatan Pupuk Hayati dari bahan bonggol pisang, air cucian beras dan gula merah difermentasikan secara tehnis selama 15 hari. Pupuk Hayati yang didalamya mengandung beberapa jenis bakteri yang berguna untuk kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman.
Daerah pertama yang saya kunjungi adalah Kabupaten Simalungun. Sampai saat ini saya sudah melakukan pelatihan dan penyuluhan kepada petani padi Indonesia hampir di 100 Desa yang ada di 12 Propinsi. Dari sekian banyak kunjungan yang sudah pernah saya lakukan, saya perlu menulis hasil pemberdayaan kepada petani padi di Propinsi Sumatera Utara, tepatnya di Kampung Damak, Desa Siporkas, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun.
Awal tahun 2020 saya mempunyai program pemberdayaan di Kabupaten Simalungun, salah satu Kampung yang saya kunjungi adalah di Kampung Damak. Petani padi di sana sudah panen tanggal 11 September 2020. Adapun konsep pemberdayaan yang saya lakukan adalah :
Pertama, saya melakukan pelatihan kepada petani padi bagaimana cara menyuburkan tanah dan cara pembuatan Pupuk Hayati
Kedua, dari yang sudah saya ajarkan, petani harus mampu membuat Pupuk
Ketiga, mendampingi petani mulai dari persemaian, pindah ke sawah, waktu dan dosis pemupukan, memonitor pemakaian pestisida dan fungisida dan mendampingan petani padi sampai panen
Keempat, mengevaluasi manfaat yang didapatkan petani mulai dari biaya bertani, biaya pupuk, hasil panen, beras yang dikonsumsi lebih sehat dan menghitung berapa keuntungan yang didapatkan oleh petani padi.
Dampak pemakain Pupuk Hayati dari bonggol pisang yang sudah dilakukan salah seorang petani padi di Kampung Damak yang bernama Subang Sidauruk mengatakan terimakasih kepada Tonny Saritua Purba sebagai salah satu Penyuluh Swadaya Petani Padi Indonedia yang sudah mengunjungi Kampung Damak, melakukan pemberdayaan berupa pelatihan, penyuluhan dan pendampingan mengunjungi kepada petani padi yang ada di Kampung Damak.
Subang Sidauruk, salah satu petani padi sudah berhasil panen, dampak positif dari pemakaian Pupuk Hayati dari bonggol.pisang adalah dari lahan seluas 2.400 meter persegi bisa menghasilkan hasil panen gabah sebanyak 38 karung goni (satu karung goni 60 kg), jika dihitung semuang maka menghasilkan gabah sebanyak 2.280 kg.
Jika dikonversi ke hektare maka hasil panen per hektare adalah 9,1 ton gabah. Respon dari petani padi yang ada sangat positif, hasil panen sebelumnya tanpa memakai Pupuk Hayati dari bonggol pisang adalah 20 karung goni setara dengan 1.200 kg, disamping itu juga petani bisa menghemat pemakaian pupuk kimia 50% sehingga biaya bertani juga jauh lebih murah.

Nasi yang dikonsumsi juga lebih sehat karena pemakaian pestisida sangat minim, tanah juga subur lestari, ekosistem mikroba bisa seimbang kembali sebagai penyubur tanah dan yang utama adalah keuntungan yang didapatkan petani bisa lebih besar karena biaya lebih murah dan hasil panen meninggat sebesar 90%.
Semoga apa yang saya lakukan ini bisa berkembang kepada petani padi yang ada di Kabupaten Simalungun, selain di Kecamatan Raya, saya juga sudah melakukan pemberdayaan kepada petani padi di Sidamanik, Panombean, Pematangbandar, Panombean, Hinalang, Tanah Jawa, Simpangteko dan semoga bisa saya lakukan pemberdayaan ke daerah lainnya di Kabupaten Simalungun dan di wilayah Indonesia. (Penulisadalah Penyuluh Swadaya Petani Padi Indonesia)
Discussion about this post