OTW merupakan kata gaul atau istilah baru singkatan dari On The Way, sebenarnya tidak ada masalah dengan istilah gaul tersebut, karena banyak istilah-istilah lain juga muncul dan tidak pernah diperdebatkan oleh pengguna istilah tersebut.
Para ahli bahasa Indonesia juga sampai hari ini bungkam, belum terdengar komentar mereka. OTW diartikan sebagai keadaan seseorang yang sedang dalam perjalanan untuk menuju suatu tempat atau lokasi.
Yang menjadi masalah adalah ketika OTW dijadikan sandaran untuk melakukan pembenaran kesalahan kita dalam pergaulan itu sendiri.
Ketika OTW digunakan untuk menjawab teman atau orang lain yang menggunakan alat komunikasi seluler dengan bertanya “ Sudah di mana, bro?” dengan sigap dan enteng dijawab “OTW” dengan asumsi si penanya , bahwa yang ditanya sedang dalam perjalanan menuju tempat tujuan yang dijanjikan, misalnya untuk bertemu.
Masalahnya apa? Kalau memang benar- benar sedang OTW, juga tidak ada masalah. Yang menjadi masalah biasanya yang bersangkutan tidak benar-benar sedang dalam perjalanan atau non OTW, boleh jadi masih di rumah, bahkan masih di kamar mandi.
Sehingga OTW merupakan cara penyelamatan seseorang dari jeratan kesalahan yang dilakukannya sendiri berupa ketidakdisiplinannya atas janjian dengan kolega atau kerabat lainnya. Karena jawaban OTW lebih banyak dilakukan untuk membohongi lawan bicara atau penanya.
Dengan jawaban OTW sang penanya biasanya merasa nyaman, bahwa yang ditunggu sedang menuju tempat dimaksud dan akan segera sampai. Dan pernyataan OTW jarang menjadi beban bagi mereka yang melakukannya, seolah ringan dan sepele saja. Padahal itu sebuah kebohongan yang sangat dilarang dalam Islam, kalau dilakukan untuk sekedar menutup ketidakbenaran yang dilakukan.
Rasul SAW menyatakan, bahwa aada orang berbuat dosa dan kesalahan dianggap sepele dan menguntungkan, walau sedikit, ia seolah –olahseperti seseorang yang menuruni sebuah lembah, sambil mengumpulkan ranting- ranting kayu yang kecil lagi kering (ranting yang sebenarnya tidak ada manfaatnya, yang oleh pencari kayu justeru dianggap mengganggu kerja mereka dalam pengerjaan kayu mereka), lalu ketika sampai di dasar lembah dengan kayu itu ia menyalakan api untuk menghangatkan badan sambil merebus semangkuk air. Lalu ia berkata “Lumayan juga, meski ranting kecil ternyata ada gunanya”
Maka ranting kayu kecil yang kering itulah diibaratkan dosa kecil dan dosa itu dianggap mendatangkan kebaikan walau kecil.
Padahal tidak ada dosa kecil jika dilakukan berulang dan dilakukan dengan sengaja serta sadar.
Berkaitan dengan OTW yang sebenarnya Non OTW, maka itu sebuah dusta yang dapat membatalkan nilai atau pahala puasa, sebagaimana Hadits Nabi SAW “Barangsiapa yang tidak meninggalkan dusta, malah melakukannya, maka Allah tidak butuh terhadap lapar dan hausnya (puasa) ” (HR Bukhari).
Jika dosa pernyataan OTW padahal Non OTW kepada seseorang saja dapat merampas nilai dan pahala puasa, lalu bagaimana dengan kebohongan publik yang dilakuakan oleh mereka yang tidak bertanggungjawab. Atau berita – berita hoaks yang bertebaran dan menghiasi laman- laman internet atau jejaring sosial yang sampai hari ini (meski bulan Suci Ramadhan) masih saja berseliweran dan makin menggila di dunia maya.
Jadi puasa yang mana yang akan kita bawa dan kita ajukan sebagai wujud penghambaan diri kita kepada Nya, jika kita juga masih gemar dengan segenap kebohongan dan kita bangga pula menjadi orang yang pertama men-share kepada orang lain tentang konten- konten dusta.
Lalu dosa mana yang hendak diampuni, bila kita belum kapok dan jera dengan manuver- manuver palsu yang penting kita senang, meski orang lain kita kibuli walau mereka tidak merasa kita kibuli, dan kita diberi gelar oleh mereka si jujur nan amanah. Malu kita. (***)
(Asmen, S.Pd.,MM : Pengawas SMK Kemdikbud Sumatera Utara dan Pimpinan Ranting Muhammadiyah Dolok Maraja, Tapian Dolok, Simalungun)
Discussion about this post