JENGGOT panjang memutih, misai tebal, jampang lebat , rambut gondrong awut-awutan, dengan baju hitam lusuh, sangat mendukung penampilan lelaki enam puluhan tahunan itu yang mengambil profesi sebagai dukun professional.
Profesi dukun memang sudah direncanakan sejak sepuluh tahun yang lalu, dengan mengumpulkan empat orang temannya yang tinggal di desa-desa yang berdekatan dengan desa beliau, untuk menjadi team sukses sebagai wujud professional.
Dengan modal keberanian dan nekat, ia melihat fenomena psikologi masyarakat di masa kini, bahwa banyak masyarakat yang sedang galau atau sedang kalut dan membutuhkan bantuan untuk menjadi tenteram.
Meski ia sendiri tidak memiliki sedikitpun pengalaman untuk itu, paling tidak sugesti yang ia sampaikan bisa sedikit menjadi penyembuh, walau serba semu.
Sungguh team sukses beliau merupakan team handal, dengan modal abab (uap karena banyak omong :Jawa) ke sana kemari, bahwa ada dukun besar yang dapat memberikan solusi dari berbagai problema hidup masyarakat dialah tabib “Karyo Pinasti”.
Tidak lebih setengah bulan pasien sudah ramai orang meminta bantuan tabib tersebut, meski lebih layak disebut dukun.
Ada yang meminta kesembuhan penyakit yang sudah bertahun tak kunjung sembuh, aji pengasihan, minta isteri yang minggat agar kembali, pacar agar kembali, karena terlanjur hamil namun si lelaki tak bertanggungjawan milih kabur.
Ada juga pejabat yang minta supaya tak dinonjobkan atasan. Bahkan calon anggota legislatif dari salah satu partai juga sowan minta restu Mbah dukun yang hanya tamatan SMP tersebut.
Mbah Karyo, nama aslinya merupakan salah satu manusia yang mampu membaca peluang, modal mulut manis dan penampilan sedikit dibuat seram, rezeki datang sendiri. Sampai hari ini orang merasa tertolong dengan kehadiran Mbah Karyo,terbukti belum ada yang complain kepadanya, meski si Mbah sendiri sering terpingkal- pingkal ketika sedang bersendiri di rumahnya yang dijadikan semacam klinik operasi pedukunannya.
Karena kebohongan dan kepalsuannya menjadi barang mewah bagi masyarakat , termasuk pejabat dan wakil rakyat yang takzim dan sungkem kepadanya minta restu. Ia sendiri kadang bingung,”Yang palsu saya atau mereka yang datang ke saya?” Tanya dalam hatinya.
Dengan adanya fenomena dukun palsu atau dukun KW, berarti ada dukun yang tidak palsu atau dukun asli yang paten.
Semua praktek pedukunan baik yang asli maupun yang palsu atau dukun cabul sekalipun adalah tak ada yang benar menurut pandangan akal dan pandangan Islam.
Semua praktek mereka ujung- ujungnya fulus, singkatnya mereka butuh ekonomi. Kita masih ingat para dukun besar dan andal di zaman Fir’aun, faktor dan motif kesediaan mereka memenuhi undangan Fir’aun untuk mengalahkan Nabi Musa AS adalah harta dan jabatan, sebagai mana Allah menceritakan
“Maka tatkala ahli-ahli sihir datang, merekapun bertanya kepada Fir’aun: “Apakah kami sungguh-sungguh mendapat upah yang besar jika kami adalah orang-orang yang menang?” Fir’aun menjawab: “Ya, kalau demikian, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan menjadi orang yang didekatkan (kepadaku).” (QS; ASy Syu’ara : 41-42)
Lalu bagaimana dengan praktek pedukunan mereka? Pada hakikatnya semua praktek mereka, mau yang asli atau yang KW tetap palsu seluruhnya, karena mereka adalah ahli- ahli sihir yang menggunakan Jin, sihir yang diajarkan oleh Harut dan Marut di negeri Babilonia di zaman Musa.
Mempercayai dan mendatangi dukun untuk meminta bantuan mereka adalah haram dan sebuah kesyirikan yang besar.
Nabi SAW bersabda Barangsiapa mendatangi ‘arrâf lalu bertanya kepadanya tentang sesuatu, tidak akan diterima darinya shalat 40 hari. (HR. Muslim)
Al-Khaththâbi rahimahullah berkata, “‘Arrâf adalah orang yang mengaku mengetahui tempat barang yang dicuri, tempat barang hilang, dan semacamnya”. (Syarah Nawawi, 7/392) Mendatangi dukun seperti ini haram hukumnya.
Barangsiapa mendatanginya dan bertanya kepadanya, maka shalatnya selama 40 hari tidak diterima oleh Allâh SWT.
Lalu teman saya berkelakar mengatakan, bahwa tidak semua dukun haram dimintai tolong, misalnya “Dukun Bayi” katanya Akupun tak mau kalah menyangganya “Gak ada bayi jadi dukun”.(***)
Asmen, S.Pd.,MM : Pengawas SMK Kemendikbud Sumatera Utara dan Pimpinan Ranting Muhammadiyah Dolok Maraja, Tapian Dolok, Simalungun
Discussion about this post