Bah! Apa pula Siantar sebagai kota laba-laba tanpa Spidermen? Apa pahlawan super Amerika Serikat melalui cerita komik atau film animasi yang sangat digemari itu enggan datang ke Siantar membantu orang-orang lemah yang tergilas congkaknya kebijakan?
Semasa penjajahan Belanda, Kota Siantar merupakan salah satu kota penting di Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, pernah menjadi ibu kota Sumatera. Kemudian, pernah disebut sebagai kota pendidikan karena banyak sekolah unggulan yang diminati pelajar luar kota.
Siantar pernah juga disebut sebagai kota Adipura karena berkali-kali menyandang predikat kota terbersih se Indonesia kategori kota kecil. Tapi, Adipura sekarang sepertinya masih betah bersembunyi di balik tembok tanpa graffiti dekat tumpukan sampah yang begitu mudah ditemukan di berbagai sudut kota.
Selanjutnya pernah disebut kota paling toleransi di Indonesia tapi akhirnya predikat itu hilang karena terdepak dari sepuluh besar. Namun, ada tekad dari pemerintah kota yang mendapat dukungan para tokoh dan berbagai elemen lainnya agar toleransi kembali diraih tanpa sekedar kata yang berada di ujung lidah semata.
Terakhir, dan sepertinya disuarakan seperti anekdot, Siantar sebagai kota laba-laba. Sebutan itu cukup mengejutkan karena disuarakan seorang anggota DPRD Siantar, Hendra P Pardede pada rapat komisi gabungan beberapa hari lalu. Dipimpin Ketua DPRD Siantar, Timbul Marganda Lingga.
Menyuaranya sebutan Siantar sebagai kota laba-laba tentu bukan karena suasana Siantar seperti pintu masuk ke dalam goa yang tidak pernah dijajali manusia. Sehingga sangat nyaman untuk para laba-laba bersarang dan beranak pinak.
Sebutan Siantar seperti kota laba-laba dikatakan karena mulai dari pinggiran kota sampai tengah perkotaan, ditemukan kabel-kabel yang begitu merusak pemandangan. Pasalnya, kabel-kabel itu ada dibiarkan menjuntai-juntai seperti memanggil orang-orang yang lalai untuk menjadi korban karena ada dialiri listrik. Dan, itu pernah terjadi di Jalan Merdeka dan Jalan Cipto.
Kalau dicermati, kabel-kabel tersebut sebenarnya misterius. Selain tidak memiliki izin. Bahkan, Pemko Siantar melalui institusi terkait tidak pernah mengeluarkannya, tidak jelas juga perusahaan mana pemilik kabel. Sementara, perusahaan itu dipastikan bukan hanya satu karena jenis kabel selalu berbeda-beda.
Lebih parah lagi, soal kabel bukan hanya mencantol pada tiang-tiang listrik tegangan tinggi, tiang telepon atau segala macam tiang. Selain itu, ada kabel ditanam di tepi badan jalan. Sehingga, tampak begitu mencolok apalagi dibiarkan hingga akhirnya merusak badan jalan. Seperti di tepi badan jalan menuju Medan dan di Jalan Pane, Kelurahan Karo.
Meski begitu kasat mata, pihak Dinas PUPR terkesan membiarkan kerusakan drainase karena meski disebut ada perbaikan, tetapi perbaikan yang asal-asalan malah dibiarkan. Kemudian, ketika ditanya perusahaan apa pemilik kabel itu, terkesan ditutupi.
Dari situasi dan kondisi itu, muncul pertanyaan yang sangat miring, sebegitu mudahkah perusahaan-perusahaan yang tidak jelas memasang dan menanam kabel untuk meraup keuntungan besar, tanpa memperhitungkan keselamatan, keindahan dan menjadikan Siantar sebagai kota laba-laba?
Pertanyaan itu sebenarnya tak perlu dijawab pihak terkait karena jawabannya tentu sangat normatif. Hanya saja, senormatif apapun jawaban tersebut, wakil rakyat meminta tegas agar segera dilakukan penertiban.
SPIDERMAN
Dalam cerita fiksi film animasi, Spriderman yang berawal sebagai manusia biasa ternyata memiliki kekuatan super setelah digigit laba-laba. Bahkan, mampu memanjat tembok tebal dan tinggi untuk menolong orang lemah.
Meski Spiderman hanya dalam fiksi yang ditayang melalui layar lebar dan kerap diwarnai dengan adegan-adegan komedi, sosok Spiderman itu sebenarnya sangat ideal muncul dan ditunggu-tunggu di Kota Siantar.
Tak perduli apakah muncul dari tumpukan sampah yang dikerubuti laler-laler hijau atau dari balik tembok maupun dari dasar sungai Bah Bolon yang kalau hujan di hulu, berubah seperti warna kopi susu.
Tujuannya untuk mencari siapa saja orang atau pihak maupun oknum yang berani memasang dan menanam kabel-kabel illegal untuk meraup keuntungan besar melalui bisnis telekomunikasi.
Ketika berhasil menemukan sosok jahat tak bertanggungjawab yang diperkirakan lebih dari satu orang, Spiderman diharap memajang sosok jahat itu di pagar depan kantor Wali Kota sebelum pelaksanaan upacara bendera yang dipimpin orang nomor satu di Siantar.
Setelah upacara bendera selesai, seluruh peserta upacara digiring menyaksikan sosok jahat itu. Kemudian, diintrogasi, siapa saja terlibat berkonspirasi menjadikan Siantar kota laba-laba. Apakah ada oknum dari Pemko terlibat dengan menerima uang masuk sehingga terjadi pembiaran?
Pada langkah selanjutnya, wajah sosok-sosok jahat itu diludahi satu persatu. Kemudian, diminta membongkar kabel-kabel yang bergelantungan dan yang ditanam. Agar menimbulkan efek jera, keuntungan selama berbinis telekomunikasi, minta dikeluarkan sebagian. Dibagikan kepada rakyat miskin kota yang perutnya seperti gendang bila ditalu karena kerap menahan lapar.
Tapi, karena di Siantar tidak ada Spiderman kecuali di Amerika Serikat melalui animasi, kota Siantar butuh sosok Spiderman meski hanya sekedar duplikat atau poto copy. Dijadikan sebagai inspirasi memberantas berbagai jenis kejahatan. Baik di lingkungan Pemko maupun di dalam komplkes DPRD. Sehingga, Siantar lebih baik dari keadaaan sebelumnya. (Penulis bukan penyusun skenario animasi Spiderman)
Discussion about this post